Rabu, 30 Desember 2009

Sekelumit Masa Lalu.....Songsong kehidupan Baru di Tahun Baru

Ada seorang teman bertanya : "Cinta lama jika kembali bersemi gimana? Mau?"

Jawabku : Kalau bisa sih jgn deh.... Cinta lama yg sudah pernah bikin luka dihati... walau terjadi dimasa lalu... buat apa di ulang kembali? Mungkin akan berakhir sama aja dan hanya memperdalam luka yang pernah ada.....

Trus dia tanya lagi : "Kalau mantan suami yg ngajak balikkan... Kmu mau?? Demi anak deh alasannya...."

Jawabku :.... Cinta yg dl pernah ada ... uda cacat juga... Pertengkaran yg sudah berakhir dgn perceraian... trus ada cinta" lain yang pernah mampir diantara kami berdua... dan ada pernikahan" lain yang sudah dia jalanin...tak akan bisa membuat cinta yg dulu mengikat kami kembali seperti semula... Malah mungkin yg ada, kita kembali membandingkan masa2 ada cinta" baru yg telah mampir, mengingat luka hati yg sudah tertoreh...dan akhirnya....dengan mencoba mengulang luka lama namun hanya dengan imbalan mendapatkan luka yang lebih dalam....apa kehidupan seperti itu yang kita inginkan???

Cerita lama cukuplah menjadi cerita lama. Toh persahabatan dan pertemanan masih bisa berjalanan tanpa perlu melibatkan perasaan lagi.....
Alangkah lebih baiknya jika kita hidup hanya menyongsong masa depan saja.... Cerita lama merupakan pembelajaran yang telah terbayar dgn apa yang sudah kita alami selama ini.

Jika memang masih memerlukan cinta/pendamping hidup..... masih banyak diluar sana orang yg dapat menerima kita apa adanya dan mungkin mencintai kita lebih dari yang kita harapkan.....( tinggal kitanya saja yang lebih selektif dalam menentukan pilihan...)

Atau jika pilihan hidup sebagai single fighter yang menjadi pilihan..... tak ada salahnya kan? Toh masih banyak hal-hal indah yang bisa dilalui dan di jalani tanpa adanya keterlibatan fisik atau sejenis kata cinta semu.....

Ada lagi cerita :
Someone : "hai... lama gak bertemu....Sejak kapan di Banjarmasin?"
Me : " wah... baru lima bulan kok...Duh berapa anakmu sudah?
Someone : baru 2 nih.... kmu brp???
Me : Baru 1 kok....
Someone : loh... kok gak nambah lagi??? Kasian klo cm 1... nanti ga ada temennya
Me: Wah... ada 1 aja uda syukur... mo nambah lagi?? ga ada musuhnya nih ^^
( Pembicaraan khas ibu2 yang lama gak bertemu berlari menghabiskan waktu bermenit-menit)

Someone : Loh mang kamu nikah ma sapa?? anak banjar juga kah?
Me : Bukan... nikah ma tetangga kost .....
Someone : Eh kmu tau ga aku nikah ma sapa??
Me : he? ma sapa emanknya??? Ga tau aku... gr2 jarang pulang Bjm ... aku nyaris gak tau berita apa2
Someone : kmu inget yudi?? Ituloh yang dulu aku sering jadi kurir mengantarkan surat cinta Yudi buatmu dan balasan dari kmu buat Yudi??
Me : Hah??? Mang kmu kawin ma Yudi??
Someone: Iya.... gara2 kualat ma km.... maksud hati bantu jadi comblang antara kmu dan dia.... eh pas SMA aku malah ketemu dia lagi.... Jadi deh..
Me :hahahha... baguslah... berarti mang jodohmu tuh...Soalnya waktu itu aku lebih suka ma Ari drpd Yudi.... :p (oalah aku nyengir juga inget cerita masa SMP)
Someone : tp heran juga yah ... napa aku bisa nikah ma bekasmu... apa nasib org sahabatan mang gitu??
Me : hah?? bekasku??? astaga... gak sampe jadi bekas kali... bzzzzzz

Sekelumit cerita masa lalu yang ternyata bisa dijadikan bahan candaan. Dan ternyata nilai persahabatan tidak sedikitpun luntur karena itu.... Hidup itu penuh dengan pilihan-pilihan.... dimasa lalu... pilihan yang sudah kita pilih.... itulah jalan yang memang kita kehendaki... dan apapun yang terjadi saaat kita melalui setiap perjalanan itu... banyak hal yang membuat kita menjadi lebih dewasa, semakin dapat mengambil hikmah dari setiap kejadian..... dan terus maju tanpa kenal lelah... untuk merangkai kehidupan di depan dengan yang lebih baik.....

So.... Masa lalu....masa yang telah kita lewati dgn segala suka dukanya....adalah hal-hal yang tak perlu kita ulang kembali... Jadikan semuanya sebuah cerita yang hanya patut dikenang sebagai bunga-bunga kehidupan kita....

Masa sekarang adalah masa yang akan datang.... Tahun demi tahun akan terus datang yang baru...
Mari songsong dengan semangat baru.....Happy New Year 2010....
Tutup lembaran yang lama... mari menulis cerita kembali di lembaran yang baruuu.....

Jumat, 25 Desember 2009

Aku Selalu Mencintaimu

Aku Selalu Mencintaimu

“Kringggg….”

“Kringgg…”

Ah… suara yang sangat mengganggu yang sayup-sayup terdengar dalam tidurku. Dengan malas ku berbalik menghadap jendela… ternyata hari sudah terang benderang dan sepoi angin pagi berselaput embun berhembus lemah menerpa tubuhku. Kutolehkan kepalaku ke arah nakas di samping tempat tidurku dan sadarlah bahwa suara yang mengganggu itu adalah suara wekerku.

“Astaga…. 07.25….” Teriakku sambil meloncat turun dari tempat tidurku. Bergegas aku lari ke kamar mandi. Telat lagi deh hari ini…. Pikirku lemas.

Tak sampai dari 10 menit aku telah siap berangkat ke kantorku. Sekilas ku tatap tempat tidur di sisiku….. Ah… Bintang telah berangkat pagi-pagi sekali seperti biasanya. Kukeluarkan motor dari garasi rumahku dan mulai ikut dalam hiruk pikuk kemacetan kota Surabaya di pagi hari.

Akhirnya sampai juga aku di kantorku di daerah Pucang. Kulirik jam tangan di pergelanganku… 07.55… Masih ada waktu 5 menit lagi… pikirku sambil memarkir sepeda motorku di parkiran khusus karyawan. Menyampirkan tas kerja di pundakku dan dengan langkah lebar, aku bergegas. Baru saja tanganku mendorong pintu masuk kantor… tiba-tiba…..

“Happy Birthday…..”

“Selamat Ulang Tahun, Cha….”

Di tengah keterkejutanku, tiba-tiba lagu ulang tahun membahana. Mbak Wati, salah seorang rekan kerja yang dekat denganku maju ke arahku dan memelukku sambil nyengir.

“Selamat Ulang Tahun ya..Bu…. Semoga panjang umur,” katanya sambil mencium pipi kiri dan kananku.

“Oalah… ini pasti idemu ya Mbak…. Tapi makasi banyak yah…” kataku menahan setitik air mata yang mendesak hendak keluar dari sela-sela mataku.

Tak berapa lama, setelah ucapan demi ucapan kuterima, semua teman-temanku membubarkan diri dari hadapanku dan kembali ke ruangannya masing-masing. Aku terduduk di mejaku, ah… Bintang melupakan lagi satu hari bahagia dalam hidupku. Awal tahun lalu pun, Bintang melupakan ulang tahun pernikahan kami. Dan kali ini lagi-lagi, Bintang melupakannya.

Padahal ketika awal pernikahan kami, ketika ulang tahunku tiba tepat jam 12 malam. Bintang akan membangunkanku, dengan senyumnya yang menawan dia mengucapkan Selamat ulang tahun padaku, menyodorkan sebingkis hadiah dan pelukan hangatnya langsung merengkuhku dalam pelukannya. Dan keesokan harinya, Bintang akan mengajakku menikmati makan malam bersama untuk merayakannya di sela-sela kesibukan kami.

Tapi lambat laun, hal sederhana namun sangat istimewa ini terkikis begitu saja dalam kehidupan kami. Terenggut paksa oleh sebuah komitmen dimana Bintang mendapat promosi di kantornya dengan konsekuensi tugas-tugas yang semakin menggunung. Waktu kebersamaan hilang perlahan, Bintang pulang dari kantor ketika jauh malam disaat aku telah terhanyut dalam mimpiku. Dan berangkat ke kantor sebelum matahari terbit, disaat aku belum terjaga dari tidurku.

Ah… mungkin aku yang harus memulainya lagi agar Bintang tak terhanyut dalam kesibukannya… putusku dengan tekad membara dalam hati. Dengan semangat yang membuncah dalam hati, aku memulai semua pekerjaanku hari ini dan ingin mengakhirinya tepat waktu. Jam istirahat siang nanti aku akan menelpon Bintang untuk mengundangnya makan malam……

“Hallo sayang, Cha ganggu bentar yah…..” kata-kataku langsung menyerocos ketika kudengar suaranya menyapa disana.

“Ya..Cha… Ada apa? Aku agak sibuk nih padahal jam makan siang gini tapi nyaris ga ada waktu buat istirahat.” Keluhnya seolah-olah ingin menyatakan betapa sibuknya dia.

“Wah maap kalau ganggu ya, tapi aku ingin kau pulang lebih cepat hari ini. Aku akan memasak makanan kesukaaanmu malam ini. Bisa kan?”

“Hmmmm.. Ku usahakan ya Cha….” Katanya ragu-ragu.

“Ok… tapi kuharap kamu sungguh mengusahakannya sayang…. Kita sudah lama ga makan malam bersama…” putusku.

“Ok..Ok…. sampe nanti malam…. “ katanya langsung memutuskan telpon sebelum aku sempat mengatakan apa-apa lagi.

Tanpa menduga-duga apapun, aku melanjutkan pekerjaanku. Semoga saja Bintang benar-benar mengusahakannya…. Harapku dalam hati berusaha mengenyahkan pikiran negatif yang mengganggu.

Begitu sibuknya aku menginginkan pekerjaanku selesai semua, nyaris tak berasa waktu pulang kantor tiba. Aku bergegas merapikan mejaku. Mengelompokkan pekerjaan yang telah selesai dan memasukkan kembali ke rak untuk pekerjaanku yang belum jadi.

Bagusnya lagi… hari ulang tahun ini ternyata dihari Sabtu…. Dan baru kusadari ketika aku mengisi jurnal harian pekerjaanku. Wah… benar-benar bagus. Semangat emapt lima menyelimuti hatiku dan aku langsung bergegas meninggalkan kantor dan mampir ke salah satu Supermarket yang dekat dengan rumahku.

Jam 19.00 wib. Makanan telah siap terhidang, tertata rapi di meja makan mungil di rumah kami. Sepasang lilin membuat suasana menjadi lebih romantis. Aku mengecek ulang semuanya agar tidak ada yang terlewatkan. Piring-piring cantik koleksi terbaikku telah terletak bersisian untukku dan Bintang. Sebotol red wine telah manis berpita dalam wadah perak tempat batu-batu es mendinginkannya. Ya… sekarang waktunya aku berdandan, putusku dalam hati setelah merasa semuanya siap seperti yang aku inginkan.

Jam 19.30…. aku duduk manis di ruang tamu, membaca sebuah majalah untuk membunuh waktu yang terasa begitu menyiksa. Sebentar lagi Bintang datang, gaungan sebuah kalimat terus bergema dalam pikiranku berusaha menghapus keraguan yang mulai mendera. Ku bolak balik lembar demi lembar halaman majalah di tanganku tanpa sedikitpun berusaha mencerna apa yang tertulis.

“ Dreeettt… dreeett….”

Getar ponselku yang tergeletak di meja di hadapanku mengejutkanku.

“Hallo…. “ jawabku tanpa memperhatikan sebelumnya nomor si penelpon.

“Cha…. Kamu makan duluan deh. Aku sepertinya ga bakal bisa sampai dalam beberapa waktu ini. Bos mendadak memintaku menyerahkan laporan sekarang juga sebelum aku pulang. Makanlah duluan…. Begitu selesai aku langsung pulang.”

Tanpa sempat mendengar jawabanku, sambung telpon ini langsung dimatikannya. Aku tergugu dalam diam yang menyiksa. Astaga…. Pikirku. Dan tak sampai sedetik aku langsung lari ke kamar. Tak sedikitpun menolehkan pandangan kearah meja makan yang begitu manisnya. Semua sia-sia… batinku dan airmata langsung deras menghiasi mataku dan mengaburkan pandanganku.

Kuhampaskan tubuhku diatas ranjang yang terasa begitu dingin. Kuraih sebuah buku, buku harianku dari salah satu laci nakas di samping tempat tidurku. Di buku inilah segala perasaan yang begitu menyiksa dapat kulampiaskan. Berbulan-bulan hanya di buku ini semuanya tertuang. Betapa rindunya aku akan Bintangku. Betapa menyiksanya hari-hari dimana kebersamaan telah terkikis dari kami. Segala perhatian, kasih sayang dan canda tawa yang kurindukan hanya dapat kutuangkan dalam buku ini. Sosok Bintang yang semakin jauh dari kehidupanku, yang nyaris tak dapat lagi kuraih. Kecurigaan-kecurigaan yang mulai membayang dalam hatiku akan kesibukan Bintang yang nyaris tak bisa diterima akalku.

Airmata mengotori halaman yang kutulis. Membuat tinta tulisanku mengabur dan berbayang. Dan kuakhiri tulisanku dengan “ Bintang sudah tak mencintaiku lagi.” Dan tanpa kusadari, lelah hati membuatku jatuh tertidur.

Bintang

Jam 16.00…. waktuku bergegas pulang. Dengan tergegas kumasukkan laporan yang telah kuselesaikan dan bakal dipakai untuk rapat besok pagi. Kurapikan mejaku dari begitu banyaknya kertas-kertas yang berserakkan, kumatikan CPU komputerku dan menenteng tas kerjaku sambil melangkah ke pintu. Tepat begitu pegangan pintu akan kuraih, pintu terbuka dan sekretaris kantorku masuk tergesa.

“Bintang…. Bapak Pimpinan menginginkan laporanmu diserahkan padanya hari ini sebelum kau pulang, dan mendiskusikan beberapa hal untuk rapat besok.”

“Loh… bukannya laporan ini harus diserahkan dulu ke divisi marketing untuk melihat apakah pasar bisa menerima skema produk baru yang akan kita launching?”

“Iya… rencana awal memang begitu, tapi tadi Bos bilang, selama ini ide-idemu selalu dapat diterima pasar dengan baik dan langsung booming. Jadi lebih ringkas, Bos mempelajari laporanmu hari ini dan tinggal mendiskusikannya besok saat rapat jika ada tambahan-tambahan yang diperlukan.” Istiarti menambahkan “Lagian kamu sih membiasakan semua orang dikantor ini menyita jam pulangmu, jadi seperti sudah menjadi kebiasaan untuk mengganggu ketika kau akan melangkahkan kaki untuk pulang.” Cengiran lucu menghiasi wajahnya.

“Astaga…. Ga bisa kau wakilkan Is?” tanyaku penuh harap.

“Ah… rasanya bukan kebiasaanmu deh, untuk menyerahkan tanggung jawabmu ke orang lain.” Katanya…..”Oh iya, sebelumnya kau Copy beberapa untuk dibagikan ke bagian lain sebelum kau serahkan ke Bos… agar semuanya sudah mempelajari laporanmu itu dan besok tinggal berdebatnya saja.” Sambungnya sambil melambaikan tangan berlalu.

“Astaga…” Sekali lagi kugumamkan kata itu dalam keterkejutanku. Rencanaku untuk pulang lebih cepat langsung buyar bagai kabut asap yang tertiup angin dihadapanku. Mungkin jika aku bergegas, waktu yang kuperlukan akan cukup. Putusku sesegara mungkin dan setengah berlari menuju ruang personalia dimana tempatnya mesin fotokopi tersimpan.

Sementara menunggu lembar demi lembar selesai terfotokopi, pikiranku melayang dalam bayang-bayang bagai melihat slide film kehidupanku.

Prestasi dalam bekerja yang selalu menghiasi ambisiku terwujud. Promosi dan kenaikan jabatan yang kuincar akhirnya kudapatkan dengan konsekuensi yang rasanya begitu mahal kubayarkan dengan hilangnya begitu banyak hari-hari istimewa dan kebersamaanku dengan Micha. Kesibukanku nyaris tak masuk diakalku sendiri. Rasanya pekerjaan untuk 10 orang harus ke atasi sendiri. Tapi aku memaklumi karena kantorku merupakan anak cabang perusahaan yang baru saja dibuka, dengan tenaga kerja terselektif ( Istilah yang diberikan oleh Istiarti bagi karyawan yang berhasil masuk dalam kantor ini ).

Desain demi desain untuk produk-produk yang dihasilkan perusahaan utama masuk ke meja kerjaku bagai hujan kertas yang menghambur disetiap sudut mejaku. Staf desain yang berada di bawah pimpinanku hanya berjumlah 3 orang yang semuanya manusia-manusia baru dalam dunia kerja. Setelah desain mentahnya dikerjakan mereka, aku membuat finishingnya termasuk bagaimana iklan yang akan digunakan untuk pemasaran produk baru tersebut.

Prestasi gemilang mendapat fasilitas yang lumayan, membuat aku harus terus menunjukkan dedikasiku bagi perusahaan. Beberapa hari istimewa terlewatkan. Aku sadar aku salah karena belum juga dapat membagi waktuku untuk Micha. Kerinduan terselubung sering menghantui tidurku dan hanya bisa berharap Micha memahaminya.

Tadi malam, ketika aku pulang dan mendapati begitu nyenyaknya Micha terlelap membuatku mengurungkan niatku untuk langsung membangunkannya dan mengucapkan selamat ulang tahun. Lebih baik aku mandi dulu dan setelahnya baru kubangunkan, pikirku saat itu. Namun karena begitu lelahnya, aku malah langsung terlelap begitu membaringkan tubuhku di sebelah Micha.

Hadiah ulang tahun yang telah kusiapkan ikut terbawa kembali dalam tas kerjaku begitu keesokan harinya, aku tersentak bangun dan bergegas bersiap ke kantor karena tak ingin kemacetan membuatku terlambat sampai di kantor. Padahal jam 08.00 tepat aku harus menyambut beberapa tamu yang merupakan klien penting perusahaan yang akan mendiskusikan iklan yang akan dipakai untuk produk perusahaan kami.

“Tang…. Sadar ui…,” sebuah tepukan di bahu mengagetkanku.

“Ardi…. Ngapain kamu disini?” tanyaku kebingungan, tersentak dari lamunan dalam keadaan terkejut ternyata sungguh tak mengenakkan.

“Lah, kamu sendiri ngapain? Bengong di depan mesin fotokopi kaya ayam kehilangan telurnya. Tu mesin dari tadi udah diam tak berbunyi, kamu malah diam aja.”

“Waduh…. Waktu tersia-sia karena lamunan,”teriakku begitu kulirik jam dinding di atas kepalaku yang menunjukkan waktu 16.45.

Ardi tertawa melihatku begitu tergesa-gesanya mensteples lembar demi lembar laporanku sehingga membentuk bebebrapa jilidan berkas buku. 9 buku laporan ku letakkan di atas meja dalam tiap ruangan yang kulewati untuk dibaca pimpinan divisi lain yang akan ikut rapat besok hari. Satu jilid aku masukkan dalam tasku dan yang asli aku rapikan kembali dalam mapnya dan setengah berlari menuju ruangan pimpinanku.

Ternyata waktu yang kulalui di ruang pimpinan tidak terlalu lama. Hanya beberapa diskusi kecil dan sedikit pujian darinya karena aku menyelesaikan laporanku tepat waktu dan kesediaanku untuk pulang lebih lambat dari yang lain kuterima dengan ucapan terima kasih.

Tak berapa lama aku telah duduk dalam mobil yang merupakan salah satu fasilitas kantor untukku dan ngebut ke sebuah cake shop untuk membeli Tiramisu cake kesukaan Micha. Sambil menyetir mobilku, ku telpon Micha mengabarkan aku akan terlambat. Aku tahu apa yang Micha harapkan ketika tadi siang dia menelponku. Perayaan ulang tahunnya yang terlupakan. Dan sejujurnya aku tak ingin melalui hari ini seperti hari-hari istimewa lain yang telah terlalui begitu saja. Aku ingat hari ini ulang tahun Micha.

Namun kecepatan mobilku tidak seperti yang kuharapkan. Kemacetan lalu lintas kota Surabaya saat jam pulang kerja ini menjadi benar-benar menyiksaku saat ini. Perjalanan dari daerah Raya Darmo menuju jalan Biliton terasa sangat lama.

Tiramisu cake telah ada di atas jok penumpang disebelahku dan sebuket mawar merah tersanding manis disebelahnya. Sedikit kelegaan merayapi hatiku. Namun tetap saja rasa gugup melandaku ketika kulirik jam di dasbor mobil sudah hampir jam 20.00. Rumahku di daerah Juanda tetap saja bagai berpuluh-puluh kilo meter lagi baru akan kujelang. Mobilku yang merayap di sepanjang jalan A.yani akhirnya dapat membebaskan diri dari kemacetan. Namun tetap saja waktu tak dapat menunggu seperti yang kuharapkan.

Jam sudah menunjukkan pukul 21.00 ketika aku memarkir mobilku digarasi. Menutup pagar dan masuk ke dalam rumah. Lampu-lampu menyala terang benderang di setiap bagian ruangan. Dengan miris aku menatap meja makan dan melihat begitu banyaknya hidangan yang aku yakin telah dimasakkan Micha sendiri dengan cintanya kepadaku. Dan kesedihanku tak dapat kusembunyikan ketika kutatap piring makan Micha yang masih bersih dan tergeletak manis disebelah piring makanku. Micha belum menyentuh makanannya pula karena menungguku tiba.

“Micha….” Panggilku dengan suara yang tak yakin dapat di dengarnya karena aku sendiri mendapati suaraku nyaris berbisik.

Micha terbaring di atas tempat tidur kami dengan sebuah buku ditangannya. Buku penuh tulisan dengan tinta yang membelobor dimana-mana karena airmata. Kesedihannya begitu jelas tertuang dalam kata demi kata yang ditorehkannya.

Dear Dairy,

Aku tak tahu lagi kemana aku harus mencurahkan segala isi hati yang begitu menyesakkan dadaku. Satu lagi hari istimewa terlewati begitu saja. Ulang tahunku kali ini akan sama dengan ulang tahunku yang telah terlewat tahun-tahun yang lalu. Keindahan dan kemesraan yang kudapatkan dari orang yang paling aku cintai sedikit demi sedikit aus bagai bebatuan yang diterpa air terjun yang begitu besar. Kemesraannya, canda tawanya seolah dapat membunuhku secara perlahan karena aku begitu mendambakannya. Tak perlu hadiah mahal nan memikat mata untuk mengungcapkan perasaan, hanya sedikit perhatian, “selamat ulang tahun, sayang” sudah dapat menghapus seluruh dahagaku dalam tahun-tahun yang begitu sepi akhir-akhir ini. Aku merindukan Bintangku, yang selama ini selalu menghiasi segala penjuru aozoraku dengan kerlap kerlipnya yang menyilaukan mata. Adakah hal lain yang begitu memabukkan Bintang sehingga Ia melupakan setiap sensasi kehidupan kami yang dulu begitu membahagiakan? Adakah seonggok hati lain yang menghiasi hatinya? Ataukah pekerjaannya yang begitu membuatnya berambisi menjadi yang terbaik dapat menyingkirkan aku dari kehidupannya?

Ah…. Aku sangat lelah memikirkannya dalam setiap hari-hariku yang begitu sepi saat ini. Dan kesadaran baru menyayat hatiku dengan luka berdarah-darah. Bintang Sudah tak mencintaiku lagi saat ini. Dan aku benar-benar kehilangan.

Kuakhiri tulisan Micha dengan hati yang sakit. Sama sakitnya mungkin seperti yang Micha rasakan saat menorehkan kata demi kata dalam buku ini.

Aku bergegas mandi. Menggunakan pakaian terbaikku. Perlahan namun pasti, kurengkuh tubuhnya yang terbaring begitu lemahnya.

“Micha…… Sayang, bangun…. “ Bisikku pelan di telinganya agar Ia tak terkejut dari tidurnya. Kuusapkan jemari tanganku di punggungnya agar segera tersadar dari mimpinya yang menyedihkan.

“Micha…. Aku sudah pulang. Maukah kau bangun, cha?” tanyaku lagi ketika reaksi yang kudapat tak seperti yang kuharapkan. Micha hanya mengejapkan matanya dengan kebingungan sesaat kemudian airmatanya mulai membasahi pipinya…

“Bintang?....,” tanyanya bagai putrid tidur yang baru tersadar dari mimpinya.

“Selamat Ulang tahun Michaku…. Maapkan aku yang terlambat untuk mengucapkannya. Betapa aku tersiksa ketika tahu aku telah melewatkan malam yang seharusnya menjadi milikku.” Kataku sambil menjangkau sebuket bunga mawar yang tadi kulemparkan begitu saja diatas tempat tidur kami.

“Dan tahukah kamu, tak ada sedikitpun hal lain yang dapat menyingkirkanmu dari hatiku. Sampai kapanku aku selalu mencintaimu, Cha. Maapkan aku yang telah begitu saja dimabukkan ambisiku sendiri. Maapkan aku yang tak bisa membagi waktuku untuk lebih memperhatikanmu seperti dulu.” Kata-kata terus memberondong keluar dari mulutku tanpa dapat kutahan, bagai air yang keluar dari botol yang tersumbat sekian lama….. Ku sodorkan buket bunga itu dihadapannya dan nyaris sepersekian detik, aku bagai tertusuk tatapannya.

“Bintang…… terima kasih. Aku kira kamu telah melupakanku seperti melupakan hari-hari istimewa yang telah lalu. Maapkan aku yang sempat meragukanmu.” Bisiknya sambil memelukku.

Rasa nyaman menyeruak dalam hatiku. Cinta yang menenangkan seperti ini siapa yang sanggup menepisnya. Aku yakin, selamanya aku akan selalu haus akan cinta yang seperti ini.

“Basuhlah mukamu…. Kita nikmati makanan yang telah kamu sediakan untukku, Cha. Dan aku punya kejutan lain yang menunggumu di meja makan.” Kataku membantunya berdiri dan mendorongnya perlahan ke kamar mandi.

Tanpa kata-kata membantah Micha berlalu ke kamar mandi. Aku mengeluarkan kotak mungil yang kupersiapkan beberapa hari yang lalu sebagai kado ulang tahun Micha dan memasukkan ke kantong celanaku. Aku menunggunya di meja makan. Mengganti lilin-lilin yang habis meleleh begitu saja dengan yang baru dan menyalakannya.

“Makanannya telah dingin…. Haruskan kupanaskan dulu,” tanyanya ketika kakinya tertegun disamping meja makan kami.

“Makanan ini akan terasa hangat saat aku menikmatinya bersamamu, Cha.” Kataku menarik kursi disebelahku agar Micha segera duduk.

“Kata-kata gombal darimana pula itu… ,” jawabnya dengan senyum jahil menghias di bibirnya.

Aku tak menghiraukan kata-katanya, mengeluarkan kotak mungil tadi dari kantongku, membukanya, dan langsung memasangkannya di leher Michaku.

“Selamat ulang tahun bidadariku…. Dan tolonglah diingat sampai habis nafasmu, bahwa aku selalu mencintaimu. Sampai kapanpun akan tetap mencintaimu.”

“Oh Bintangku…. Terima kasih.” Micha langsung berdiri lagi dari kursinya dan langsung memelukku. “Tak ada apapun yang kuharapkan selain kehadiranmu, perhatianmu dan rasa cintamu.” Lanjutnya lagi.

Kami menikmati makan malam ini dengan kebahagiaan yang nyaris tak dapat kutuliskan dalam kisah ini. Dan aku berjanji dalam hati, apapun di dunia ini tak akan ada lagi yang kukejar selain Michaku. Membahagiakan Michaku dan tak melupakan kebahagiaan yang selama ini ada bersama kami namun nyaris kusingkirkan demi pekerjaanku.

“Aku Selalu Mencintaimu, Cha,” bisikku menatap kedalaman matanya yang menenangkan.

“Ya… aku akan tetap mencintaimu pula Bintangku. Jangan pernah menghilang dari aozoraku.

Senin, 07 Desember 2009

Aku Yang Hebat….. Segera Menjadi Penulis Sukses

Orang hebat adalah orang yang bisa survive berusaha dalam hidup (in positive ways) padahal himpitan kesulitan mengapit di kiri kanan hidupnya. Dia tak pernah menyerah.
(Devi Eriana Safira, dari Facebook, Hal 16 Cara Dasyat Menjadi Penulis Hebat)


Aku hebat? Jelassss…. Bagaimana aku bisa mengarungi jejak-jejak kehidupan jika aku tidak begitu hebatnya? Aku benar-benar hebat, karena itu sampai hari ini aku ada. Mungkin kalian perlu mengenalku dengan lebih baik agar kalian tahu sebentar lagi aku akan menjadi Penulis Sukses. Penulis dengan ratusan ribu cerpen yang tersebar di seantero jagat dunia permediaan. Penulis fiksi yang akan duduk sejajar dengan Agnes Jessica penulis favoritku atau seperti Bpk.Alm Pramudya Ananta.T yang buku Tetraloginya membiusku begitu dasyatnya.

Dari kecil aku sangat suka membaca. Berbagai macam buku, majalah sampai koran lokal di kotaku kulahap habis. Belum lagi buku-buku pelajaranku pun termasuk dalam daftar buku yang wajib kubaca. Jika sehari saja aku tak membaca, aku tak akan bisa tidur lelap di malam harinya. Hingga sekarang kebiasaan membacaku tak pernah hilang. Malah jika ada uang lebih, aku lebih suka uang itu dipakai untuk membeli buku daripada dibelikan alat make up atau baju. Koleksi bukuku beragam. Mungkin sudah ada hampir 1000 judul buku jika dikumpulkan. Sayang, ketika terjadi perpisahan dalam rumah tanggaku yang kusesalkan adalah tidak semua koleksi bukuku itu dapat kubawa serta. Hanya sebagian kecil buku yang kusuka yang bisa kubawa. Saat itu yang kutangisi adalah aku kehilangan buku-bukuku, bukan kehilangan seseorang yang pernah ada menyertaiku.

Dari kecil ada kebiasaan yang sampai sekarang tak bisa kuhilangkan. Aku sangat suka menulis buku harian. Segala hal yang terjadi dalam hari-hariku akan kutuliskan dalam berlembar-lembar kertas. Selain itu, dalam berkomunikasi aku lebih bisa menceritakan apa yang terjadi melalui tulisan. Susah rasanya jika harus bercerita secara lisan. Menulis puisi sering kulakukan di halaman belakang buku pelajaranku. Bahkan ketika kehancuran saat harus menghadapi sidang perebutan hak asuh anak, hanya menulislah yang masih membuat pikiranku tetap waras :p

Namun akhirnya karena kesibukanku yang harus menghidupi seorang anak dan menghidupi diriku sendiri, aku hanya dapat menulis di buku harian saja sesaat sebelum aku jatuh tertidur. Aku hidup dari satu rumah kost ke rumah kost yang lain. Dari satu kota ke kota yang lain untuk mencari peluang kehidupan yang lebih baik. Tekanan hidup yang harus kulalui membuatku nyaris melupakan satu-satunya kesenanganku yaitu menulis. Untungnya…. Aku masih dapat meneruskan kebiasaan membacaku dengan menyewa novel dipersewaan dekat tempat kostku.

Bulan Agustus 2009, setelah 6 tahun aku melanglang buana tak jelas mencari jati diri yang kuinginkan, aku disuruh pulang ke Banjarmasin oleh orang tuaku.

“Lebih baik kamu pulang, buat apa kamu paksakan hidup di Surabaya jika keadaanmu sangat memprihatinkan seperti itu. Berusaha keras mencari uang tapi anakmu yang kamu titipkan di sini kekurangan kasih sayang, maka semua yang saat ini kamu perjuangkan akan sia-sia.” kata-kata ayahku membuka pikiranku.

“Apa yang akan kulakukan disana? Tetap saja aku harus bekerja, pa.”

“Belajarlah berwiraswasta sehingga banyak waktumu yang bisa pula kau manfaatkan untuk anakmu dan hal-hal yang berguna untuk dirimu sendiri.” kata-kata ayahku inilah yang terus menjadi pikiranku hingga kakiku menjejak di Kota Banjarmasin.

Hampir selama bulan Agustus 2009, bulan pertama sekembalinya aku di Kota Banjarmasin, tak ada hal yang bisa kulakukan. Di waktu anakku telah berangkat ke sekolah, aku menghabiskan waktuku dengan browsing di warnet dekat rumahku, mencoba mencari peluang bisnis apa kira-kira yang bisa aku terapkan di Kota Banjarmasin ini. Diwaktu luangku yang lain, yang begitu banyak saat itu, aku mulai lagi mencoba untuk menulis. Ratusan artikel tentang menulis kulalap habis. Teori-teori kepenulisan kubabat juga. Namun jika hanya membaca saja tetapi tak pernah menulis, maka artikel dan teori itu tak akan pernah berguna. Dan mulailah aku menulis. Bukan hanya menulis buku harian, tapi aku mencoba menulis novel dan beberapa cerpen. Namun aku belum punya keberanian untuk mengirimkannya ke media. Aku hanya menyimpan tulisan-tulisan itu di harddisk computer, penghias Flashdisk dan di buku-buku tulis.

Orang hebat adalah orang yang yakin Tuhan selalu bersamanya, dalam kondisi apapun, baik senang maupun susah ( Laura Khalida, Penulis )

Doa dan harapanku mulai terkabul satu persatu. Tuhan itu tidak buta. Tuhan juga tidak tuli. Dan Tuhan Maha Tahu apa yang terbaik yang bisa kulakukan. Kepercayaanku bahwa Dia akan memberikan aku yang terbaik tak sia-sia. Disuatu hari kala aku browsing, Tuhan menunjukkan bahwa usaha telur asin berprospek bagus. Hal ini di tunjang dengan fakta bahwa Banjarmasin adalah salah satu penghasil telur bebek di Indonesia. Ketika kubicarakan dengan ayahku, ternyata ayahku sangat mendukung usaha ini dengan pertimbangan walau untungnya tak terlalu besar tapi pangsa pasarnya sangat besar. Mulailah aku memproduksi telur-telur asin dan menjualnya. Di kala senggang, kuhabiskan waktuku dengan menemani anakku belajar dan bermain serta membaca berbagai bacaan, menyewa novel, dan menulis apa saja yang dapat kutulis.

Tanggal 24 Agustus 2009, aku melihat Bentang Pustaka mengadakan Lomba Penulisan “Sail Your Hope” yang berkaitan dengan peluncuran novel terbarunya Dewi Lestari. Aku menuliskan Harapanku dan mengirimkannya dalam kompetisi ini. Sejak itu pula, aku yakin, jika aku tak pernah mencoba, maka aku tak akan pernah tahu penilaian sebenarnya tentang karyaku. Akhirnya karyaku ikut dalam kompetisi tersebut. Tahu kah kalian? Ternyata aku benar-benar hebat. Namaku tercantum di 20 pemenang harapan II dan mendapatkan kaos.

Tanggal 13 September 2009, disaat berselanjar di dunia maya. Aku menemukan website http://www.belajarmenulis.com . Inilah pertama kalinya aku mengenal nama Bang Jonru yang profilnya dapat dilihat melalui Facebook di http://www.facebook.com/jonru2. Berbagai artikel disana kubaca dan akhirnya mataku tertuju di sebelah kanan atas halaman dimana ada Form Kursus Menulis Gratis selama 9 minggu dengan menerima 1 email berisi modul setiap minggunya. Dengan semangat membara aku langsung mengisi form tersebut karena aku merasa sekali lagi Tuhan membuka mataku dan menunjukkan jalan. Dan hari itu juga aku menerima email pertama dari 9 email yang dijanjikan. Tahu tidak judul email pertama itu? Judulnya adalah : Monica Memang Penulis Hebat. Sedikit kutipan dari email itu adalah :

Dengan mengikuti newsletter ini, Monica sudah punya KEYAKINAN bahwa Monica akan bisa menjadi PENULIS HEBAT. Keyakinan adalah salah satu modal menuju sukses. Karena itu, Monica harus tetap semangat! Dan jangan lupa, Monica harus bekerja keras dan tekun untuk meraih impian tersebut.

Keinginan untuk menulis semakin membara. Aku langsung mendownload materi dari email pertama itu untuk kupelajari. Dan aku terus menulis. Apa saja yang bisa kutulis akan kutulis. Sejak itupula aku selalu menunggu dengan rasa tak sabar email-email berikutnya yang ditulis oleh Bang Jonru. Selama 9 minggu newsletter itu terus datang menemaniku dan semakin menguatkan keinginanku untuk terus menulis.

Dan lagi-lagi aku termasuk dalam pemenang Harapan II dengan kompetisi yang sama namun di adakan oleh Tabloid Nova. Tuhan…. Inikah jalan yang akan kulalui dengan petunjukMu?

Tanggal 17 November 2009, aku dikenalkan oleh newsletter Bang Jonru ke http://www.penulishebat.com karena katanya Bang Jonru punya sebuah “obat” yang bisa menghilangkan rasa minder, tak percaya diri, berbagai alasan yang membuat kita tak bisa menulis serta mental tempe yang begitu lemahnya ketika menghadapi penolakan atas karya-karya kita. Obat itu berupa sebuah buku yang berjudul Cara Dasyat Menjadi Penulis Hebat.

Dengan mengunjungi website penulishebat, kita bisa mendapatkan 3 bab (25 halaman) gratis dari Buku Cara Dasyat Menjadi Penulis Hebat. Aku langsung mendownload ebook gratis tersebut. Dalam buku sample ini dibahas masalah Mindset dan Motivasi yaitu bahwa hanya penulis yang hebat yang akan menjadi penulis yang sukses. Penulis yang sukses adalah penulis yang tangguh dalam berjuang mewujudkan impian sebagai penulis sukses. Pada Bab 11 yang berjudul “Inilah Racun-racun yang Harus Kita Hilangkan” pembahasan terpotong. Aku penasaran akan kelanjutannya. Padahal di daftar isi dari buku Cara Dasyat Menjadi Penulis Hebat itu ada banyak artikel yang ingin kubaca secara lengkap seperti pada Bab IV : The Law of Attraction dan Bab V: Kiat Penulisan, termasuk cara-cara menembus media dan menerbitkan buku.

Karena aku ingin menjadi Penulis yang Sukses, maka aku harus mendapatkan buku Cara Dasyat Menjadi Penulis Hebat ini dan membacanya secara lengkap. Dan aku melihat PENAWARAN MENARIK. Buku ini berbentuk ebook karena itu berharga hanya Rp.49.500,- dan mendapatkan beberapa bonus yaitu setiap pembeli ebook ini akan mendapatkan voucher diskon Rp.200.000,- dari SMO (Sekolah Menulis Online). Wow… cita-citaku sejak ikut newsletter belajarmenulis.com adalah dapat ikut belajar di SMO. Benar-benar bonus yang sangat menggiurkan dan menguntungkan. Apalagi katanya, Rp.200.000,- itu adalah diskon terbesar yang pernah diberikan oleh SMO. Dan dengan diskon sebesar itu akan mudah bagiku mengumpulkan uang untuk ikut salah satu kelas menulis di SMO.

Akhirnya dengan giat aku mengumpulkan uang. Aku harus menjual lebih banyak telur asin lagi sehingga sebagian keuntungan yang tak seberapa tersebut dapat kusisihkan untuk membeli ebook ini. Akhirnya pada tanggal 3 Desember 2009, aku telah dapat mengumpulkan Rp.49.500 tersebut dan langsung kutransfer. Waktu yang sangat sempit dengan jarak pengumpulan karya tulisku ini. Tanggal 3 Desember itu pula aku langsung mendapat konfirmasi dari Bang Jonru melalui Facebook dan malamnya aku sudah dapat membaca keseluruhan dari Buku Cara Dasyat Menjadi Penulis Hebat.

Oh iya, ternyata setelah kubaca lebih teliti, dengan aku membeli Paket II dari paket ebook yang tersedia, aku mendapatkan modul ekslusif gratis loh dari SMO, di daftarkan ke Kelas SMO Free Trial, mendapatkan bimbingan karir di bidang penulisan yang berlaku seumur hidup. Bimbingan karir inilah yang kuperlukan agar bisa menjadi penulis yang hebat. Untunglah aku sudah mendapatkan ebook ini, karena jika aku membeli buku versi cetaknya, pastilah harga bukunya jauh lebih mahal dan aku tidak mendapatkan semua fasilitas ini.

Untuk mendukung cita-citaku menjadi seorang penulis, di Facebookku, aku mulai menjalin pertemanan dengan beberapa penerbit nasional untuk mengetahui perkembangan dunia buku saat ini. Dan aku juga menjadi Fans Penulis Hebat di http://www.facebook.com/penulishebat karena disana pastilah banyak penulis-penulis senior dimana aku bisa menimba ilmu. Sayang aku tak punya twitter, padahal penulishebat juga dapat ditemui di http://www.twitter.com/penulishebat.

Aku benar-benar ingin berkarir sebagai penulis. Karena dengan menjadi penulis, aku tetap dapat menjalankan usaha telur asinku, mengawasi perkembangan anakku, dan melakukan hal-hal yang kusenangi yaitu membaca dan menulis…. Yah selain itu semua, aku ternyata juga bisa mendapatkan tambahan penghasilan dengan menulis yang nantinya dapat kugunakan untuk pendidikan anakku satu-satunya. Aku yang sudah hebat harus menjadi Penulis Hebat yang Sukses.

Penulis sukses adalah akibat dari penulis hebat. Penulis sukses pasti berawal dari penulis hebat. Bila anda bukan penulis hebat, atau bila anda punya masalah dalam hal motivasi, rasa percaya diri, semangat juang untuk meraih sukses, maka jangan harap anda jadi penulis sukses……. ( Hal 14, Cara Dasyat Menjadi Penulis Hebat)

Bila hendak menjadi penulis sukses, Anda harus menjadi penulis hebat terlebih dahulu. Artinya : untuk mewujudkan impian sebagai penulis sukses, Anda harus membekali diri dengan berbagai macam soft skill…… (Hal 15, Cara Dasyat Menjadi Penulis Hebat)

Note :
- Karya ini aku buat untuk di ikutkan pada Lomba Menulis "Saya Ingin Menjadi Penulis Hebat!"

Minggu, 06 Desember 2009

Aku Yang Hebat….. Segera Menjadi Penulis Sukses

Orang hebat adalah orang yang bisa survive berusaha dalam hidup (in positive ways) padahal himpitan kesulitan mengapit di kiri kanan hidupnya. Dia tak pernah menyerah.
(Devi Eriana Safira, dari Facebook, Hal 16 Cara Dasyat Menjadi Penulis Hebat)

Aku hebat? Jelassss…. Bagaimana aku bisa mengarungi jejak-jejak kehidupan jika aku tidak begitu hebatnya? Aku benar-benar hebat, karena itu sampai hari ini aku ada. Mungkin kalian perlu mengenalku dengan lebih baik agar kalian tahu sebentar lagi aku akan menjadi Penulis Sukses. Penulis dengan ratusan ribu cerpen yang tersebar di seantero jagat dunia permediaan. Penulis fiksi yang akan duduk sejajar dengan Agnes Jessica penulis favoritku atau seperti Bpk.Alm Pramudya Ananta.T yang buku Tetraloginya membiusku begitu dasyatnya.

Dari kecil aku sangat suka membaca. Berbagai macam buku, majalah sampai koran lokal di kotaku kulahap habis. Belum lagi buku-buku pelajaranku pun termasuk dalam daftar buku yang wajib kubaca. Jika sehari saja aku tak membaca, aku tak akan bisa tidur lelap di malam harinya. Hingga sekarang kebiasaan membacaku tak pernah hilang. Malah jika ada uang lebih, aku lebih suka uang itu dipakai untuk membeli buku daripada dibelikan alat make up atau baju. Koleksi bukuku beragam. Mungkin sudah ada hampir 1000 judul buku jika dikumpulkan. Sayang, ketika terjadi perpisahan dalam rumah tanggaku yang kusesalkan adalah tidak semua koleksi bukuku itu dapat kubawa serta. Hanya sebagian kecil buku yang kusuka yang bisa kubawa. Saat itu yang kutangisi adalah aku kehilangan buku-bukuku, bukan kehilangan seseorang yang pernah ada menyertaiku.

Dari kecil ada kebiasaan yang sampai sekarang tak bisa kuhilangkan. Aku sangat suka menulis buku harian. Segala hal yang terjadi dalam hari-hariku akan kutuliskan dalam berlembar-lembar kertas. Selain itu, dalam berkomunikasi aku lebih bisa menceritakan apa yang terjadi melalui tulisan. Susah rasanya jika harus bercerita secara lisan. Menulis puisi sering kulakukan di halaman belakang buku pelajaranku. Bahkan ketika kehancuran saat harus menghadapi sidang perebutan hak asuh anak, hanya menulislah yang masih membuat pikiranku tetap waras :p

Namun akhirnya karena kesibukanku yang harus menghidupi seorang anak dan menghidupi diriku sendiri, aku hanya dapat menulis di buku harian saja sesaat sebelum aku jatuh tertidur. Aku hidup dari satu rumah kost ke rumah kost yang lain. Dari satu kota ke kota yang lain untuk mencari peluang kehidupan yang lebih baik. Tekanan hidup yang harus kulalui membuatku nyaris melupakan satu-satunya kesenanganku yaitu menulis. Untungnya…. Aku masih dapat meneruskan kebiasaan membacaku dengan menyewa novel dipersewaan dekat tempat kostku.

Bulan Agustus 2009, setelah 6 tahun aku melanglang buana tak jelas mencari jati diri yang kuinginkan, aku disuruh pulang ke Banjarmasin oleh orang tuaku.

“Lebih baik kamu pulang, buat apa kamu paksakan hidup di Surabaya jika keadaanmu sangat memprihatinkan seperti itu. Berusaha keras mencari uang tapi anakmu yang kamu titipkan di sini kekurangan kasih sayang, maka semua yang saat ini kamu perjuangkan akan sia-sia.” kata-kata ayahku membuka pikiranku.

“Apa yang akan kulakukan disana? Tetap saja aku harus bekerja, pa.”

“Belajarlah berwiraswasta sehingga banyak waktumu yang bisa pula kau manfaatkan untuk anakmu dan hal-hal yang berguna untuk dirimu sendiri.” kata-kata ayahku inilah yang terus menjadi pikiranku hingga kakiku menjejak di Kota Banjarmasin.

Hampir selama bulan Agustus 2009, bulan pertama sekembalinya aku di Kota Banjarmasin, tak ada hal yang bisa kulakukan. Di waktu anakku telah berangkat ke sekolah, aku menghabiskan waktuku dengan browsing di warnet dekat rumahku, mencoba mencari peluang bisnis apa kira-kira yang bisa aku terapkan di Kota Banjarmasin ini. Diwaktu luangku yang lain, yang begitu banyak saat itu, aku mulai lagi mencoba untuk menulis. Ratusan artikel tentang menulis kulalap habis. Teori-teori kepenulisan kubabat juga. Namun jika hanya membaca saja tetapi tak pernah menulis, maka artikel dan teori itu tak akan pernah berguna. Dan mulailah aku menulis. Bukan hanya menulis buku harian, tapi aku mencoba menulis novel dan beberapa cerpen. Namun aku belum punya keberanian untuk mengirimkannya ke media. Aku hanya menyimpan tulisan-tulisan itu di harddisk computer, penghias Flashdisk dan di buku-buku tulis.

Orang hebat adalah orang yang yakin Tuhan selalu bersamanya, dalam kondisi apapun, baik senang maupun susah ( Laura Khalida, Penulis )

Doa dan harapanku mulai terkabul satu persatu. Tuhan itu tidak buta. Tuhan juga tidak tuli. Dan Tuhan Maha Tahu apa yang terbaik yang bisa kulakukan. Kepercayaanku bahwa Dia akan memberikan aku yang terbaik tak sia-sia. Disuatu hari kala aku browsing, Tuhan menunjukkan bahwa usaha telur asin berprospek bagus. Hal ini di tunjang dengan fakta bahwa Banjarmasin adalah salah satu penghasil telur bebek di Indonesia. Ketika kubicarakan dengan ayahku, ternyata ayahku sangat mendukung usaha ini dengan pertimbangan walau untungnya tak terlalu besar tapi pangsa pasarnya sangat besar. Mulailah aku memproduksi telur-telur asin dan menjualnya. Di kala senggang, kuhabiskan waktuku dengan menemani anakku belajar dan bermain serta membaca berbagai bacaan, menyewa novel, dan menulis apa saja yang dapat kutulis.

Tanggal 24 Agustus 2009, aku melihat Bentang Pustaka mengadakan Lomba Penulisan “Sail Your Hope” yang berkaitan dengan peluncuran novel terbarunya Dewi Lestari. Aku menuliskan Harapanku dan mengirimkannya dalam kompetisi ini. Sejak itu pula, aku yakin, jika aku tak pernah mencoba, maka aku tak akan pernah tahu penilaian sebenarnya tentang karyaku. Akhirnya karyaku ikut dalam kompetisi tersebut. Tahu kah kalian? Ternyata aku benar-benar hebat. Namaku tercantum di 20 pemenang harapan II dan mendapatkan kaos.

Tanggal 13 September 2009, disaat berselanjar di dunia maya. Aku menemukan website http://www.belajarmenulis.com . Inilah pertama kalinya aku mengenal nama Bang Jonru yang profilnya dapat dilihat melalui Facebook di http://www.facebook.com/jonru2. Berbagai artikel disana kubaca dan akhirnya mataku tertuju di sebelah kanan atas halaman dimana ada Form Kursus Menulis Gratis selama 9 minggu dengan menerima 1 email berisi modul setiap minggunya. Dengan semangat membara aku langsung mengisi form tersebut karena aku merasa sekali lagi Tuhan membuka mataku dan menunjukkan jalan. Dan hari itu juga aku menerima email pertama dari 9 email yang dijanjikan. Tahu tidak judul email pertama itu? Judulnya adalah : Monica Memang Penulis Hebat. Sedikit kutipan dari email itu adalah :

Dengan mengikuti newsletter ini, Monica sudah punya KEYAKINAN bahwa Monica akan bisa menjadi PENULIS HEBAT. Keyakinan adalah salah satu modal menuju sukses. Karena itu, Monica harus tetap semangat! Dan jangan lupa, Monica harus bekerja keras dan tekun untuk meraih impian tersebut.

Keinginan untuk menulis semakin membara. Aku langsung mendownload materi dari email pertama itu untuk kupelajari. Dan aku terus menulis. Apa saja yang bisa kutulis akan kutulis. Sejak itupula aku selalu menunggu dengan rasa tak sabar email-email berikutnya yang ditulis oleh Bang Jonru. Selama 9 minggu newsletter itu terus datang menemaniku dan semakin menguatkan keinginanku untuk terus menulis.

Dan lagi-lagi aku termasuk dalam pemenang Harapan II dengan kompetisi yang sama namun di adakan oleh Tabloid Nova. Tuhan…. Inikah jalan yang akan kulalui dengan petunjukMu?

Tanggal 17 November 2009, aku dikenalkan oleh newsletter Bang Jonru ke http://www.penulishebat.com karena katanya Bang Jonru punya sebuah “obat” yang bisa menghilangkan rasa minder, tak percaya diri, berbagai alasan yang membuat kita tak bisa menulis serta mental tempe yang begitu lemahnya ketika menghadapi penolakan atas karya-karya kita. Obat itu berupa sebuah buku yang berjudul Cara Dasyat Menjadi Penulis Hebat.




Dengan mengunjungi website penulishebat, kita bisa mendapatkan 3 bab (25 halaman) gratis dari Buku Cara Dasyat Menjadi Penulis Hebat. Aku langsung mendownload ebook gratis tersebut. Dalam buku sample ini dibahas masalah Mindset dan Motivasi yaitu bahwa hanya penulis yang hebat yang akan menjadi penulis yang sukses. Penulis yang sukses adalah penulis yang tangguh dalam berjuang mewujudkan impian sebagai penulis sukses. Pada Bab 11 yang berjudul “Inilah Racun-racun yang Harus Kita Hilangkan” pembahasan terpotong. Aku penasaran akan kelanjutannya. Padahal di daftar isi dari buku Cara Dasyat Menjadi Penulis Hebat itu ada banyak artikel yang ingin kubaca secara lengkap seperti pada Bab IV : The Law of Attraction dan Bab V: Kiat Penulisan, termasuk cara-cara menembus media dan menerbitkan buku.

Karena aku ingin menjadi Penulis yang Sukses, maka aku harus mendapatkan buku Cara Dasyat Menjadi Penulis Hebat ini dan membacanya secara lengkap. Dan aku melihat PENAWARAN MENARIK. Buku ini berbentuk ebook karena itu berharga hanya Rp.49.500,- dan mendapatkan beberapa bonus yaitu setiap pembeli ebook ini akan mendapatkan voucher diskon Rp.200.000,- dari SMO (Sekolah Menulis Online). Wow… cita-citaku sejak ikut newsletter belajarmenulis.com adalah dapat ikut belajar di SMO. Benar-benar bonus yang sangat menggiurkan dan menguntungkan. Apalagi katanya, Rp.200.000,- itu adalah diskon terbesar yang pernah diberikan oleh SMO. Dan dengan diskon sebesar itu akan mudah bagiku mengumpulkan uang untuk ikut salah satu kelas menulis di SMO.

Akhirnya dengan giat aku mengumpulkan uang. Aku harus menjual lebih banyak telur asin lagi sehingga sebagian keuntungan yang tak seberapa tersebut dapat kusisihkan untuk membeli ebook ini. Akhirnya pada tanggal 3 Desember 2009, aku telah dapat mengumpulkan Rp.49.500 tersebut dan langsung kutransfer. Waktu yang sangat sempit dengan jarak pengumpulan karya tulisku ini. Tanggal 3 Desember itu pula aku langsung mendapat konfirmasi dari Bang Jonru melalui Facebook dan malamnya aku sudah dapat membaca keseluruhan dari Buku Cara Dasyat Menjadi Penulis Hebat.

Oh iya, ternyata setelah kubaca lebih teliti, dengan aku membeli Paket II dari paket ebook yang tersedia, aku mendapatkan modul ekslusif gratis loh dari SMO, di daftarkan ke Kelas SMO Free Trial, mendapatkan bimbingan karir di bidang penulisan yang berlaku seumur hidup. Bimbingan karir inilah yang kuperlukan agar bisa menjadi penulis yang hebat. Untunglah aku sudah mendapatkan ebook ini, karena jika aku membeli buku versi cetaknya, pastilah harga bukunya jauh lebih mahal dan aku tidak mendapatkan semua fasilitas ini.

Untuk mendukung cita-citaku menjadi seorang penulis, di Facebookku, aku mulai menjalin pertemanan dengan beberapa penerbit nasional untuk mengetahui perkembangan dunia buku saat ini. Dan aku juga menjadi Fans Penulis Hebat di http://www.facebook.com/penulishebat karena disana pastilah banyak penulis-penulis senior dimana aku bisa menimba ilmu. Sayang aku tak punya twitter, padahal penulishebat juga dapat ditemui di http://www.twitter.com/penulishebat.

Aku benar-benar ingin berkarir sebagai penulis. Karena dengan menjadi penulis, aku tetap dapat menjalankan usaha telur asinku, mengawasi perkembangan anakku, dan melakukan hal-hal yang kusenangi yaitu membaca dan menulis…. Yah selain itu semua, aku ternyata juga bisa mendapatkan tambahan penghasilan dengan menulis yang nantinya dapat kugunakan untuk pendidikan anakku satu-satunya. Aku yang sudah hebat harus menjadi Penulis Hebat yang Sukses.

Penulis sukses adalah akibat dari penulis hebat. Penulis sukses pasti berawal dari penulis hebat. Bila anda bukan penulis hebat, atau bila anda punya masalah dalam hal motivasi, rasa percaya diri, semangat juang untuk meraih sukses, maka jangan harap anda jadi penulis sukses……. ( Hal 14, Cara Dasyat Menjadi Penulis Hebat)

Bila hendak menjadi penulis sukses, Anda harus menjadi penulis hebat terlebih dahulu. Artinya : untuk mewujudkan impian sebagai penulis sukses, Anda harus membekali diri dengan berbagai macam soft skill…… (Hal 15, Cara Dasyat Menjadi Penulis Hebat)

Note : Karya ini aku buat untuk di ikutkan pada Lomba Menulis "Saya Ingin Menjadi Penulis Hebat!"

Jumat, 04 Desember 2009

Kenangan dalam Ingatan

Tahun - tahun silam terlewati
Perkenalan denganmu begitu membuncahkan hati
Hanya dalam dunia maya kita merangkai hati
Kata demi kata menyamakan visi
perdebatan demi perdebatan menjadi warna yang menghiasi

Sampai kala itu kau bilang ingin bertemu
Dan kita merangkai cerita di Kota Batu
Di Cuban Rondo kita duduk menghabiskan waktu
membuat foto di bawah guyur hujan dan air terjun Cuban itu

Tapi kok tak kau bilang kau cinta aku
Tak pula kau bilang ingin bersamaku
Kukira saat itu hatimu bukan untukku
Dan kau pulang membawa sedikit luka

Tapi ternyata cerita tidak sampai disitu
Hatimu tetaplah untukku
Dan dalam hujan disalah satu saat kala itu
Kau ingin mencintaiku
sampai habis umurmu

Kau mencintaimu
apa adanya diriku
segalanya tentangku
dari ujung rambut sampai ujung kakiku
semua itu terucap dari mulutmu
terwujud dalam setiap lakumu
tersirat bagaimana kau menjagaku

Dan saat ini ku bilang padamu
Aku mencintaimu dalam segala lakumu
Dan kau tak tergantikan dihatiku ^_^

Rabu, 02 Desember 2009

Apa kmu Mencari Calon Suami?

Suatu ketika aku menerima salah satu sms dari seseorang di FB
"Sudah ada pendamping ya?"

"he? Maksudnya" tanyaku saat itu. Aslinya aku tak mengenal pria ini, add friends di FB karena salah satu teman masa kecilku juga berteman dengannya dan aku selalu lupa menanyakan tentang pria ini pada temanku itu.

"Loh, kmu pernah bilang sama aku kan klo kmu mencari calon suami?" jawabnya lagi

"Wah gak pernah tuh. Apalagi bilang lewat sms gak pernah lah..."Jawabku heran. Aku paling gak suka curhat ma org yang blom kukenal baik dengan mudahnya. Apalagi lewat sms? haduh gak kebayang deh.

Akhirnya setelah beberapa pertanyaan basa basi yg di lontarkan padaku yang kujawab sekenanya, akhirnya berakhir juga dgn permintaan agar aku mengirim fotoku melalui mms ke pria ini karena katanya dia sedang mencari calon istri. Tapi aku gak mengirim foto itu... buat apa? Kan bisa liat foto di FB.... Lagian wajahku sejak SD sampe Sekarang rasanya gak berubah jauh.... ( klo ga percaya... tanya deh ma temen2ku dari SD sampe terakhir ketemu aku :D) pikirku geli

Keisengan para lelaki seperti ini sering kali kualami. Apa dipikiran mereka begitu mudahnya mencari calon istri ? lewat sms pula? atau hanya melalui foto yang dikirim melalui MMS?
Begitu mudahkah mencari pasangan hidup seperti memilih dan menawar tempe di pasar?

Apa menarik hati perempuan bisa dengan cara seperti itu? Atau memilih suami atau istri semudah ini?
Pertimbangan ribuan hal sangat diperlukan untuk memilih pasangan yang dapat menemani hidup sampai mati. Ternyata kata-kata cinta yang terlalu diumbar dimulut pun tidak dapat menjamin seberapa sebenarnya cinta itu sendiri ada.

Trauma masa lalu juga sepertinya ikut menjadi pertimbangan terbesar dalam memilih pasangan hidup. Dan.... walau di bilang asalkan ada cinta dan kemauan... materi bisa di cari bersama. Tapi ternyata materi juga menjadi salah satu tolak ukur bagaimana kita menentukan pasangan hidup.

Yang paling utama dari segalanya.... KOMUNIKASI.
Rumah tangga tanpa komunikasi apa jadinya yah? Hancur lebur lah pastinya.
komunikasi yang tidak nyaman sejak awal hubungan bisa dijadikan panduan dalam memulai suatu hubungan.

Nah.... dari percakapan melalui sms di atas ( yg merupakan salah satu komunikasi juga) .... komunikasi yang tidak nyambung sejak semula seperti ini .... terlalu banyak acara SKSD, sok tahu, dll.... ternyata malah membuat aku berpikir ribuan kali untuk mengenal seseorang yang melakukannya...

Swt... buntu mode on... lanjutannya kok jadi macet yah ^_^
Intinya.... klo memang ingin memulai pengenalan lebih dekat ( tapi tidak berlaku untuk aku yah karena sepertinya aku sudah gak mungkin lagi memulai sesuatu yg baru yg jelas2 kutahu melelahkan) apalagi terhadap makhluk cewe.... gunakanlah cara yang lebih berkelas...

Kamis, 19 November 2009

Tahu Ga.........?

Tau Ga..... Pertama kali bertemu denganmu
Seperti dejavu.......
aku merasa telah mengenalmu bertahun-tahun lalu
aku mengenalmu lebih dari yang aku bayangkan
dan ternyata ... perasaan awal ini memang benar
seperti itulah dirimu...
Dirimu seperti yang kukenal bertahun-tahun lalu.

Tau Ga.... Saat pertengkaran pertama kita
Sejak itu aku selalu ragu
Benarkah kau sungguh mencintaiku
Benarkah kau adalah jodoh sejatiku
Benarkah kau tak mau kehilanganku
Atau benarkah aku tak akan pernah melepasmu pergi
Dan sejuta pertanyaan benarkah terus menggelayuti
tahun-tahun kebersamaan kita

Tau ga.... Sejak kau selalu ada disisiku
atau ketika kau berjauhan denganku
dalam pikiranku ..........
yang ada selalu kamu
dalam setiap desah nafasku ......
tak lepas dari namamu
dalam setiap detik hari-hariku
aku tak ingin kau menghilang dari diriku.

Tau ga..... aku mungkin terlahir egois
aku sangat keras kepala
aku terlalu ingin menang sendiri
aku tak ingin tersaingi dengan apapun
aku yang terlalu manja
aku yang kadang tak bisa berdiri sendiri
Semua karena kmu....
Karena kau yang memanjakanku
karena kau yang menuruti apa mauku
karena kau menjaga aku
karena kau memperhatikan aku dengan posesifmu

Tau ga.....
Sekarang aku memilih pergi darimu
Dengan rasa sakit
Dengan pegangan yang terlepas dari tanganku
Dengan kegelapan yang menyelimuti
karena cahaya yang selalu kukejar
karena cahaya yang selalu ada untukku
karena cahaya yang menghiasi hariku
ternyata merasa tersiksa dengan kehadiranku
tersiksa dengan kemanjaan dan keras kepalaku
Tersiksa sehingga tak terbayang lagi apa manisnya hidup
Tersiksa sehingga jalan kenangan begitu suram


Tau ga......
Seandainya kmu memberiku waktu
Seandainya kmu tak berkukuh dengan maumu
Seandainya kau biarkan saja mauku begitu dulu
Mungkin aku tak akan setega itu pula meniatkan kebencianku
Mungkin aku akan berpikir ulang sehingga menghapus dendamku
Mungkin aku akan menurutimu dengan berjalannya waktu
tapi sayang.... kau tak tau
kau tak berusaha tau
kau ternyata tak tau aku
kau ternyata tak mengenalku
dan kau ternyata hidup berdampingan dengan orang yang tak kau tau

Tau ga.....
Sayap-sayap patah berdarah-darah
Lukanya besar membiru penuh nanah
Sakit nya nyaris tak berasa sudah
kau ternyata tak bisa membasuhnya
Aku seumur hidup akan tetap merasakan inilah luka

Senin, 09 November 2009

Dimanakah Tempat Yang Pantas Untuk Kita?

30 tahun menjalani kehidupan, detik demi detik, satu demi satu hari terlewati. Entah kenapa aku merasa kehidupan yang kujalani ini belum menghasilkan apa-apa, hidup dengan apa adanya dan masih belum dapat seperti teman-teman sebayaku yang sudah memiliki segalanya, rumah, dan pekerjaan yang begitu mapan.

Instropeksi diri sering kulakukan dalam malam- malam sepi sebelum lelapku melenakan diri ke alam mimpi. Apa yang salah selama ini yang tak kusadari sering kulakukan berulang kali? Apa yang membuat jalanku begitu sulit kulalui sehingga perbaikan masa depan jadi tersendat.

Apa karena selama bertahun - tahun ini aku sering merasa salah tempat? Apa karena perasaan itu pula yang membuatku begitu sering berpindah-pindah kota untuk alasan klise " mencari peluang yang lebih baik"? Berapa banyak kesempatan bagus dan peluang yang sering terlepas dari pandangan padahal sudah berada di depan mata?

Dan hari ini aku mendapatkan email dari Anne Ahira... Entah kenapa isi email ini membuatku tersadar. Perasaan salah tempat yang aku alami bisa begitu menyesatkan jalanku ternyata. Pertanyaan- pertanyaan yang sering bergaung dalam hati, "Di manakah tempat terbaik kita?" membuat aku begitu sering berpindah kota, membuang waktu dan biaya yang begitu banyak secara percuma. Berharap di kota lain aku mendapatkan peluang, peluang yang sudah ku genggam yang hanya memerlukan ketekunan dan kesabaran untuk berkembang malah kulepaskan begitu saja. Dan berkali-kali selama bertahun-tahun itu sering terjadi.....
Mungkin karena itulah... akhirnya kehidupanku seperti jalan di tempat karena aku selalu memulai suatu usaha baru di tempat yang baru. terus merintis dan merintis tapi tidak pernah menekuni dengan baik dan bersabar mengembangkan usaha yang sudah ada.

So.... Disini, Di kota Banjarmasin sekarang aku berada.... Bukan salah tempat lagi ternyata aku memilih kota ini, karena dimanapun aku berada disitulah aku memiliki seribu satu macam peluang yang memerlukan kesabaran, ketekunan dan pantang menyerah untuk ku kembangkan.

Berikut isi Email Anne Ahira.... Siapa tahu dapat pula berguna bagi teman-teman yang membacanya :
Untuk....
Monica Anggen - Temanku yang baik hati!

Saat saya menulis artikel ini, saya sedang
berada di Amerika. Saya menerima sebuah
sms dari seorang kawan di Indonesia yang
mengatakan..

"Ahira, saya ingin sekali pergi ke Amerika,
karena di sana pastilah saya bisa berhasil!"


SMS dari teman saya membuat saya berpikir,
kayaknya pikiran dia bisa jadi sama dengan
pikiran banyak teman-teman saya yang lain,
mereka yang selalu memikirkan kalau
'tempat lain' pasti lebih cocok untuknya bisa
menggapai sebuah kesuksesan!

Oleh sebab itu saya menulis sebuah artikel
dengan judul:

"Di Mana Tempat Terbaik Kita?"

Semoga tulisan saya bermanfaat, dan bisa
dijadikan inspirasi untuk Monica!

Okay, selamat membaca! :-)

Anne Ahira
Asian Brain, CEO

http://www.AsianBrain.com
INTERNET MARKETING CENTER

------------------------
Main Article:
------------------------

So, Di Mana Tempat Terbaik Kita?

Ditulis oleh: Anne Ahira

Monica,

Dimanapun kita berada, maka disitulah
tempat terbaik kita..!

Seringkali kita merasa terkungkung
dengan lingkungan dimana kita berada.

Tidak jarang orang berpikir dan merasa
bahwa tidak mungkin bagi mereka untuk
bisa meraih sukses.

Misalnya mereka yang hidup di daerah
terpencil, merasa susah, dan jauh untuk
mendapat sentuhan teknologi, atau
menerima informasi terbaru dengan cepat.

Hingga berpikir, begitu susahnya
berjuang dan mengembangkan usaha.

Sebaliknya, mereka yang hidup di kota
besar berpikir betapa sesaknya dunia.
Begitu ketatnya tingkat persaingan
hidup.

Dimana pun berada, saling sikut, saling
senggol, saling tendang. Hingga akhirnya
memutuskan, memang susah untuk menjadi
yang terdepan.

Dalam berjuang segala sesuatunya memang
seringkali tidak sesuai keinginan kita.
Bisa jadi kita merasa lingkungan tidak
lagi ramah, dan kondisinya tidak nyaman.

Padahal sesungguhnya, dimanapun kita
berada, pahami bahwa ITULAH tempat
terbaik kita. Tempat dimana kita hidup,
tempat di mana kita memperjuangkan apapun
yang kita inginkan.

Sekarang, mari kita renungkan sejenak...

1. Jika kita selalu saja berpikir bahwa
tempat lain adalah lebih baik, maka
sampai kapan kita akan mulai berjuang?

2. Jika kita selalu saja menunggu
datangnya kesempatan emas di tempat
lain, berapa banyak waktu yang
terbuang, hanya sekadar untuk
menunggunya?

3. Jika kita selalu saja menunda apapun
yang bisa kita lakukan di tempat kita
berada sekarang, maka berapa banyak
kesempatan yang terbuang percuma?

Dan masih banyak lagi hal yang perlu
kita renungkan..!

Karenanya, jika saja kita mau berpikir
bahwa inilah tempat terbaik kita, maka
kita akan memiliki kesadaran dan kemampuan
untuk membuat segala sesuatunya menjadi
lebih baik, lebih bernilai, dan penuh arti!

Monica temanku...

Kita semua memiliki kesempatan emas untuk
menjadi besar & benar dimana saja... asal,
kita mau memperjuangkannya!

Kamis, 05 November 2009

Utamakan Keselamatan Bersama

Kesemrawutan jalan kota Banjarmasin benar-benar membuat kita sebagai pengendara harus sangat berhati-hati. Pengendara baik yang menggunakan sepeda motor, mobil, penarik becak atau gerobak, semuanya bertindak semaunya sendiri. Saling memotong jalan menjadi pemandangan umum, berbelok seenaknya dan melanggar rambu lalu lintas tanpa takut di tindak petugas.

Keadaan jalan raya yang ramai tidak menyusutkan pengendara mengurangi kecepatannya. Selinap menyelinap di sela-sela pengendara yang lain tanpa mengurangi kecepatan laju kendaraan sering mewarnai lalu lintas kota Banjarmasin. Belum lagi anak-anak muda ( atau bisa di kategorikan anak-anak kecil ) yang belum saatnya mengendarai sepeda motor, ngebut-ngebutan di jalan raya tanpa menghiraukan keselamatanya dan orang lain. Seandainya mereka jatuh dan motornya menghantam pengendara lain, apa itu tidak merugikan pengguna jalan lain yang sudah sangat berhati-hati?

Penggunaan helm asal-asalan juga menjadi penyebab tingkat kematian menjadi tinggi ketika kecelakaan terjadi. Padahal sudah sejak lama di seluruh kota-kota di Indonesia di canangkan safety riding. Apakah Banjarmasin belum?

Keadaan ini perlu menjadi perhatian kita bersama. Tidak saja petugas kepolisian yang memang bertugas untuk mengatur ketertiban dan keamanan masyarakat, tetapi para masyarakatnya pun ikut membantu berperan serta agar keselamatan bersama dapat tercipta di kota Banjarmasin ini.

Mari kita utamakan keselamatan bersama dengan cara :
  • Para orang tua yang memiliki remaja yang belum cukup umur agar tidak mengijinkan anak-anaknya mengendarai kendaraan sebelum memiliki SIM ( Surat Ijin Mengemudi)
  • Membiasakan diri menggunakan helm pengaman dengan ketentuan yang sudah di tetapkan pemerintah ( Memasang tali pengaman Helm) dan untuk pengendara mobil, menggunakan sabuk pengaman selama mengendarai.
  • Karena lalu lintas di kota Banjarmasin ini belum di bagi-bagi menjadi jalur khusus sepeda motor, sebaiknya kesadaran pengendara sendiri jika ingin belok ke kanan, ambillah jalur sebelah kanan. Karena jika akan berbelok ke kanan tetapi mengambil jalur sebelah kiri, maka akan sangat berbahaya karena memotong jalur kendaraan lain yang akan berjalan lurus.
  • Dalam keadaan lalu lintas ramai, di harapkan untuk tidak memacu kencang kendaraan dan menyelinap di antara kendaraan lain agar terhindar dari saling senggol yang dapat menyebabkan pengendara lain atau bahkan diri sendiri terjatuh.
Jika para petugas selama ini agak terlalu sibuk untuk mengurus ini semua. Alangkah lebih baiknya jika kesadaran masing -masing dari kita untuk melakukannya dan menerapkannya dalam lingkungan keluarga terlebih dahulu. Jika setiap keluarga dapat bertindak tertib, maka keamanan dan ketertiban akan terjadi dengan sendirinya dan kita akan bersama-sama mengutamakan keselamatan dan terhindar dari resiko kecelakaan.

(c) Cha
Tulisan ini di tulis karena sering kali aku nyaris terserempet pengendara lain yang memotong dan ngebut di Jalan raya Kota Banjarmasin. Mungkin Pemerintah daerah setempat perlu studi banding atau mempelajari pengaturan lalu lintas di kota lain yang jauh lebih tertib.