Selasa, 02 Februari 2010

Pandangan Gladwell soal menulis

Pandangan Gladwell soal menulis
Sumber: inspirana.blogspot.com

Malcolm Gladwell adalah seorang penulis jempolan. Buku-bukunya sangat memikat. Tiga yang populer adalah Tipping Point, Blink, serta Outliers. Artikel-artikel pendeknya juga sangat memikat. Dia bukan hanya mampu menulis dengan baik, namun juga sangat inspiratif. Tidak menggurui namun memberi perspektif baru bagi pembacanya.

Tadi pagi saya menemukan satu buku barunya, What the Dog Saw. Buku terbitan Gramedia Pustaka Utama setebal 460 halaman ini dijual dengan harga Rp80.000.

Saya ingin mengutip pernyataan Gladwell tentang kegiatan tulis-menulis. Khususnya tentang bagaimana dia menemukan ide untuk menulis dan mengembangkan gagasan hingga menjadi tulisan yang memikat. Berikut ini pernyataan dia dalam pengantar buku What the Dog Saw:

“Ketika sedang tumbuh dewasa, saya tidak pernah ingin jadi penulis. Saya ingin jadi pengacara, lalu pada tahun terakhir kuliah, saya memutuskan untuk masuk dunia periklanan. Saya melamar ke 18 biro iklan di kota Toronto dan memperoleh 18 surat penolakan. Saya berpikir untuk kuliah pascasarjana, tetapi nilai saya kurang bagus. Saya melamar beasiswa agar bisa pergi ke tempat eksotis selama 1 tahun dan ditolak lagi.

Akhirnya saya menulis. Setelah cukup lama, baru saya sadar bahwa menulis bisa dijadikan pekerjaan. Pekerjaan itu serius dan berat. Menulis itu asyik.

Setelah kuliah, saya bekerja selama 6 bulan di majalah kecil di Indiana yang bernama American Spectator. Lalu saya pindah ke Washington DC dan menjadi penulis lepas selama beberapa tahun, dan akhirnya masuk The Washington Post—lalu dari sana ke The New Yorker.

Sejak itu, menulis tidak pernah menjadi tidak asyik. Dan saya berharap semangat yang menggebu-gebu itu bisa terasa dalam artikel-artikel saya.

***
Kunci untuk menemukan gagasan (dalam menulis) adalah meyakinkan diri sendiri bahwa semua orang dan segala hal punya cerita. Saya bilang kunci tetapi yang saya maksud adalah tantangan, karena amat sulit melakukannya.

Bagaimana pun naluri kita sebagai manusia adalah menganggap sebagian besar hal tidak menarik. Kita berganti-ganti saluran televisi dan menolak sepuluh sebelum memilih satu. Kita pergi ke toko buku dan melihat 20 novel sebelum membeli satu.

Kita menyusun peringkat dan menilai. Padahal ada begitu banyak hal di luar sana. Kalau mau jadi penulis, Anda harus melawan naluri itu saban hari.

Kunci lain untuk mendapatkan gagasan adalah mengetahui perbedaan antara kekuasaan dan pengetahuan. Dari semua yang akan Anda temui dalam buku ini hanya sedikit yang berkuasa.

Jangan mulai dari atas kalau mau tahu duduk perkara. Mulailah dari tengah, karena orang-orang di tengah lah yang benar-benar bekerja di dunia.