Kamis, 17 Juni 2010

Satu Langkah


Hari ini tanggal 17 Juni 2010.....

Satu langkah mulai kujejakkan. Satu langkah baru yang harus segera kumulai untuk menggapai kemandirian dan mimpi-mimpi yang ingin kujelang. Berbagai halangan memang seperti menginjakkan kerikil tajam di telapak kakiku yang telanjang. Tak beralaskan sebuah pegangan. Memang masih meraba, namun kuyakin.... Kesempatan itu tetap ada.

Sejak pagi, aku sudah begitu bersemangat. Semangat bercampur gugup dan sedikit takut. Takut akan salah lagi membayang dalam kabut-kabut perasaan. Untunglah kesegera dapat kutepis agar keraguan tak menyurutkan tekadku.

Untuk yang terakhir kalinya, aku mengantarkan Audi berangkat ke Sekolah. (Yah terakhir kalinya selama aku di Banjarmasin, nanti bakal mengantarkannya lagi begitu Audi sudah kumpul lagi bersamaku)
Jam 09.00 WIB. Semualah telah Siap. Barang-barang sudah terpacking rapi. Tas ransel gunung yang sarat muatan telah terkancing, sebuah tas tangan dan kardus oleh-oleh pun telah siap untuk di jinjing. Sayang kesiapan ini sempat terhalang kembali.

Papa, orang yang paling menentang kepindahanku, berusaha kembali untuk mencegah kepergianku. Kata-kata menyakitkan kembali meluncur dari mulutnya. Kata-kata penuh tekanan yang menyesakkan paru-paru, serasa ingin meledakkan dada hingga berkeping-keping.
Entah sampai kapan, Papa bisa bersikap dewasa pula, bahwa aku bukan lagi boneka barbienya yang bisa digantungin tali lalu digantung disekeliling pinggangnya agar bisa dibawa-bawa kemana-mana. Entah sampai kapan, Papa mengungkapkan rasa sayangnya pada anak-anaknya dengan cara-cara yang menyakitkan seperti itu? Dan membuat anak yang satu dengan anak yang lain saling bersiteru merebut hatinya. (Bagai penjilat kah???)

Aku tak ingin lagi kehidupan yang diatur sedemikian rupa hingga aku tak mampu berdiri di atas kedua kakiku. Aku tak ingin lagi kehidupan yang diberikan dengan berbagai harapan untuk sebuah kebalasan budi, penuntutan kehendak. Bagaimanapun, aku ingin bahagia. Bagaimanapun aku ingin keberhasilan itu, kugenggam dengan kedua tanganku atas kemampuan dan kerja kerasku. Bukan karena sebuah pemberian yang menuntut suatu imbalan yang penuh tekanan.

Karena itu, satu langkah harus kuambil. Satu langkah panjang tanpa gambaran memang. Satu langkah nekat tanpa bekal apapun, hanya sebuah keyakinan diri bahwa aku mampu hidup dengan tangan dan kakiku sendiri.

Dan suatu saat, aku ingin membuktikan. Satu langkah yang kulakukan hari ini. Dengan pengorbanan perasaan yang begitu dalam untuk Audiku. Tidak akan pernah kusia-siakan.
Satu langkah ini akan membawa audi kembali berkumpul denganku di Semarang, dan kehidupan bahagia kami setelah itu tak akan dapat dirusak oleh siapapun lagi....

(c) Semarang, 17 Juni 2010
De, Mama pergi duluan. Jangan nangis yah. Mama akan berusaha secepatnya bisa jemput Dede lagi. Dan kita akan segera berkumpul lagi bersama-sama. Tak akan lagi menjadi parasit dikehidupan siapapun. Tak akan lagi jadi beban siapapun. Doakan mama agar segera dapat kerja ya, De.... Love you!!

0 komentar:

Posting Komentar