Rabu, 03 Maret 2010

7 KIAT MENJADI SEORANG PENULIS

Note : Artikel Ini aku dapat dari milis Wordsmartcenter. Benar-benar artikel yang sangat memotivasi Penulis pemula seperti aku. Dan karena Artikel ini sangat bagus, maka aku post ulang di blog ini lengkap tanpa ada yang ditambahkan dan dikurangkan, sehingga besok-besok jika aku ingin membacanya kembali, aku tak perlu mengobok-obok isi emailku yang hampir berisi 100.000 email :p


7 KIAT MENJADI SEORANG PENULIS

(Sebuah Catatan Harian)

Goresan Pena : Miftahur Rahman el-Banjary*

(Penulis Buku Motivasi : Quantum Motivation)

Jum'at, 26 Februari 2010

Pada saat aku menulis catatan ini, aku sendiri tidak tahu gagasan apa yang akan ku sampaikan padamu, Sobat! Aku hanya mengikuti bisikan kata hati yang menuntun jari jemariku untuk bermain di atas tuts-tuts keyboard komputer ini, layaknya lantunan tuts-tuts piano yang mengiramakan alunan instrumental mengiringi penari balet menari-nari lincah di atas skating. Ya, aku berbeda dengan para penulis lainnya; yang menuangkan ide dan gagasannya, setelah semua idenya terkonsep matang dalam pikirannya. Tidak! Aku bukan tipe penulis seperti itu. Aku hanya menulis dengan mendengarkan kata isi hatiku. Aku tak perduli apa kata orang lain tentang tulisanku. Aku hanya ingin menulis bebas. Sebebas angin yang terbang melayang kemana pun ia ingin melanglang buana. Ya, aku menulis karena bisikan hati. Dan dari sinilah bermula aku bisa menulis!


Tentunya kondisi ini, sangat berbeda pada empat tahun yang lalu. Dulu, aku sama sekali tidak bisa menulis, lebih tepatnya mengarang. Bahkan, hanya untuk menuliskan tentang diriku sendiri atau perasaan yang sedang aku alami susahnya bukan main. Tak jarang perasaan ingin menulis itu tiba-tiba menyeruak membuncah di dadaku, namun aku tak tahu apa yang harus kutulis. Ketika aku mencoba menuliskannya di lembaran-lembaran kertas atau sudah berada di depan layar monitor komputer, tiba-tiba semuanya 'mandek', dan kemudian sirna tak berbekas. Jadilah kertas-kertas itu penuh dengan coretan-coretan tanpa makna, atau layar microsoft word tetap kosong seperti sediakala, sebab semuanya sudah ditelan oleh salah satu dari dua tombol pamungkas "delete" atau "backspace".


Setiap kali aku menuliskan satu paragraf, aku selalu merasa bahwa paragraf itu tidak layak aku tuliskan. Aku tidak yakin bahwa tulisan itu bagus. Terlalu naif jika dibandingkan dengan tulisan orang lain. Aku selalu dihantui oleh perasaanku sendiri. Tulisanku tidak akan sebagus tulisan orang lain. Tulisanku akan dicemooh atau ditertawakan oleh orang lain. Aku yakin, kondisi seperti ini pernah kau alami, bukan? Di sinilah letak permasalahannya, Kawan! Di sinilah awal kegagalan para penulis pemula yang ingin menekuni dunia kepenulisan.


Baiklah, sobat! Melalui catatan harian ini aku ingin berbagi pengalaman dan kiat menjadi seorang penulis. Tak ada tujuan lain, kecuali hanya ingin berbagi dan memberikan kemanfaatan kepada orang lain, sebagaimana yang dikatakan penulis kawakan Gola Gong, "Aku hanya ingin bermanfaat bagi orang lain!" Aku berharap tulisan ini bisa memotivasimu untuk menjadi seorang penulis. Mengapa aku harus menulis? (Insya Allah, judul ini akan kutulis pada artikel lain).


Virus yang Harus Disingkirkan

Terinpirasi dari tulisan guru menulisku -Udo Yamin Majdi (penulis buku Quranic Qoutient)- ternyata baru kusadari bahwa ada semacam virus psikologis yang menjangkiti, sehingga aku tidak pernah menulis satu karya pun waktu itu. Bagaimana penyakit psikologis itu? Baiklah akan kuberitahukan kepadamu. Diantara penyakit psikologis itu adalah:



1. Keliru Mengambil Perbandingan

Sebagaimana yang kuceritakan padamu, mengapa aku tidak pernah bisa mengarang? Jawabannya, karena aku selalu cenderung mengukur kemampuanku dengan kehebatan orang lain. Namun, ketika aku mulai menuliskannya, ternyata hasilnya berbeda. Tidak sebagus orang lain. Hingga akhirnya aku menyerah. Aku yakin kondisi semacam ini tidak terbatas pada diriku saja, bahkan setiap orang yang ingin memulai menjadi seorang penulis pernah mengalaminya. Oleh karena itu, "Jika kamu ingin menjadi seorang penulis yang hebat, maka jangan pernah membandingkan dirimu dengan kehebatan orang lain!" Yakini bahwa setiap orang mempunyai keunikan tertentu dalam hal menulis. Tidak ada yang sama. Setiap penulis mempunyai pusat keunggulan tertentu dalam setiap goresan penanya. Jadikan penulis hebat sebagai rujukan, tapi jangan dijadikan sebagai perbandingan!



2. Tidak Percaya Diri

Banyak hal yang menyebabkan seorang tidak percaya diri. Bisa karena menganggap tulisannya jelek, takut dikritik, takut dianggap bodoh, atau dicemooh dan menjadi bahan tertawaaan orang lain. Semuanya akan berujung pada sikap malu dan minder. Sehingga selamanya dia tidak pernah menghasilkan sebuah karya pun. Sebenarnya sikap tidak percaya percaya diri, bisa diatasi dengan sikap terbuka. Open minded. Caranya seringlah- seringlah meminta bimbingan dan arahan kepada para penulis yang lebih senior. Berikan karya tulisanmu kepada orang yang kamu anggap bisa membimbingmu. Biarkan mereka mengoreksi dan memperbaiki kekuranganmu. Jangan pernah takut dikritik, sebab kritikan adalah pelajaran yang sangat berharga. Jangan pernah malu tulisanmu dibaca oleh orang lain. Tidak selamanya tulisan menggambarkan identitas si penulisnya. Yakinlah bahwa tulisanmu, akan bisa memberikan inspirasi dan motivasi bagi orang lain. "Tulisanku akan dibaca oleh orang lain!" Ya, itulah kalimat bertenaga yang pernah ditulis oleh Maltatuli, seorang penulis besar dari Belanda.


3. Selalu Merasa Bisa

Virus ini lebih berbahaya dari penyakit-penyakit psikologis sebelumnya. Jika penyakit minder, adalah rasa ketidakpercayaan yang berlebihan terhadap kekurangan diri, maka virus yang ketiga ini adalah ekspresi dari tingkat kepercayaan yang terlalu berlebihan. Banyak orang yang bilang, "Ah, kalau tulisan seperti ini, aku juga bisa!" Namun, di saat ia menuliskannya bukannya lebih bagus, bahkan lebih jelek kualitasnya. Oleh karena itu, jangan pernah merasa mampu untuk menuliskannya, sebelum kamu mencobanya menuliskan hal yang sama. Kalau kau memang bisa, buktikan sendiri!

***

Sabtu, 27 Februari 2010


7 Kiat Menjadi Seorang Penulis

Setiap orang -termasuk kamu sendiri tentunya- mempunyai potensi untuk menjadi seorang penulis. Setiap orang yang mampu membaca dan menulis, berpotensi menjadi seorang penulis. Ahmadun Yosi Rahendra, salah seorang penulis, sastrawan yang kini bekerja sebagai salah satu editor Republika, pernah mengatakan bahwa seorang sarjana yang pernah menulis skripsi, berpeluang besar menjadi seorang penulis hebat. Lebih sederhana lagi, Habiburrahman el-Shirazy alias Kang Abik pernah mengatakan, bahwa seorang yang pernah menulis satu lembar surat saja berpeluang menjadi seorang penulis terkenal yang karya-karyanya terpajang di toko-toko buku besar di berbagai kota . Jadi, kiat pertama menjadi seorang penulis, yakinkan bahwa kamu berpotensi menjadi seorang penulis!


Kata-kata pamungkas inilah yang kemudian mengendap dalam pikiranku dan terus meluap-luap, hingga harus kukatakan "Aku harus bisa menulis!" Semangat inilah yang kemudian menjadi minat, atau dalam istilah agama disebut dengan niat. Seorang tak akan pernah menjadi seorang penulis tanpa didorong oleh minta dan keinginan yang kuat. Barangkali kamu akan melihat betapa banyak orang yang mampu menulis dan membaca, namun hanya segelintir dari mereka yang mampu menuliskan karangan mereka. Betapa banyak para sarjana yang telah berhasil menyelesaikan skripsi, bahkan berhasil menyelesaikan thesis atau desertasi doktor mereka, akan tetapi hanya hitungan jari yang mampu menjadi seorang penulis produktif? Kau tahu apa sebabnya? Ya, semuanya bermula dari niat. Menulis itu mudah, akan tetapi tidak semua orang mampu menulis dengan baik. Sebab mereka yang tidak mempunyai minat yang kuat untuk menjadi seorang penulis, sebaiknya tidak usah bermimpi menjadi seorang penulis. Oleh karena itu, kiat kedua adalah tancapkan niat!


Ada banyak orang yang mengatakan bahwa "Aku tidak berbakat menjadi seorang penulis!". Di sini aku ingin mengatakan, bahwa bakat hanya diperlukan 1% dari modal menjadi seorang penulis. Selebihnya 99% adalah kemauan serta kerja keras untuk berlatih dan belajar. Menulis sama halnya dengan belajar bersepeda. Tidak ada yang instan dan langsung jadi. Semuanya harus melalui proses latihan dan ketekunan. Tidak hanya menulis -dalam hal keterampilan apapun- semuanya membutuhkan latihan dan ketekunan. Lantaran menulis -dalam hal ini mengarang- merupakan seni keterampilan merangkai kata. Oleh karena itulah, pekerjaan seni tidak bisa dilakukan setengah hati. Kiat ketiga adalah teruslah berlatih!


Setiap orang mempunyai pengalaman berbeda-beda dalam mengawali karier sebagai penulis. Ada yang awalnya suka menulis diary di buku hariannya. Ada yang suka menulis, lantaran dia ditugaskan untuk mengisi majalah dinding di sekolah atau di kampusnya. Ada yang mengawali dari menulis artikel-artikel singkat. Dan ada pula yang memulainya dari membuat cerpen atau pengalaman hidupnya.


Nah, aku adalah orang yang mengawali menulis dari point terakhir, yaitu mengawali dari cerpen dan pengalaman pribadi. Di bidang ini, aku bisa dengan leluasa menuangkan apapun yang ada dibenak, tanpa tekanan apapun. Berbeda dengan artikel ilmiah yang –menurutku- menjadikan daya kreativitas otak kanan yang kumiliki 'terkungkung' . Di sini pulalah yang kemudian kita sebut dengan kecenderungan atau bakat. Lebih tepatnya -meminjam istilah Anis Matta- yang kita sebut dengan titik "pusat keunggulan". Pusat keunggulan atau bakat tersebut, baru akan kamu temukan setelah kamu benar-benar terjun menceburkan diri dalam dunia kepenulisan. Kiat kelima, teruslah mengasah kemampuan menulis, disanalah kau akan temukan bakatmu sesungguhnya.


Kendatipun semangat dan kesadaran menulis, baru datang pada usia 23 tahun, aku rasa aku belum terlambat. Kamu tahu Marion Howard Spring , penulis buku Eleven Stories and Beginning? Dia baru menulis pada usia 74 tahun. Bahkan, Maria Olgivie memulai kariernya sebagai penulis pada usia 93 tahun, ketika menyelesaikan bukunya yang berjudul A scottish Chilhood- and What Happened After pada tahun 1986. Jelas, tidak ada kata terlambat bagi kamu yang ingin mengawali karier sebagai seorang penulis. Kiat keenam, jangan pernah merasa terlambat untuk memulai.


Kiat ketujuh, lakukan kegiatan ini selama 7 kali berturut dalam 1 pekan. Kegiatan hari senin adalah menulis. Kegiatan hari selasa adalah menulis. Kegiatan hari rabu adalah menulis. Kegiatan hari kamis adalah menulis. Kegiatan hari jum'at adalah menulis. Kegiatan hari sabtu adalah menulis. Dan kegiatan hari minggu adalah menulis. Dan lakukan berturut-turut sampai tahun depan. Dan buktikan sendiri hasilnya! Anda akan menjadi penulis yang diperhitungkan!


Napoleon Bonaparte, seorang panglima perang Perancis yang terkenal pemberani ternyata lebih takut dengan pena ditangan seorang penulis daripada senjata di tangan para serdadu. Jika senjata hanya mampu membunuh fisik, namun pena bisa menyerang dan mempengaruhi logika dan pikiran orang lain. Oleh karena itu, berhati-hatilah dengan seorang penulis, ia sangat jeli mengamati perilakumu dan ahli mengabadikan dengan goresan-goresan penanya!

Tabik,

Moderator




Cairo , 27 Feb 2010

Pukul: 10. 18 AM

0 komentar:

Posting Komentar