Minggu, 18 April 2010

Harapan

HARAPAN


Jangan pernah berhenti berharap. Apapun itu.

Teruslah berharap karena dengan segala harapan kita akan tetap kuat
menapaki jejak-jejak kehidupan.


Memang tidak mudah.....
Adakalanya satu harapan tak terwujud. Dan membuat kita terjatuh.
Tapi kembalilah berdiri, walau dengan langkah yang goyah....
Janganlah berhenti berharap.

Ketika tangisan dan dera air mata mengharu biru.
Ketik
a rasa sakit membabi buta...
ketika kaki-kaki kehidupan retak dan mulai patah...
Tetaplah
teguh untuk terus berharap...
Jangan pernah lelah..
Jangan pernah menyerah..

Karena...

Harapan akan indah tepat pada waktunya.

Aku akan terus berharap, biar seribu kegagalan menghadang
Aku akan tetap kembali berdiri, ketika aku harus jatuh bangun dalam setiap langkahku di jalan yang penuh dengan kerikil tajam.
Aku akan terus mengetuk, ketika setiap pintu seolah menutup dari hadapanku.
Akan kubuat mereka tetap memandangku, walau setiap wajah memalingkan dengan angkuh saat menatapku.
dan aku akan terus merajut tali-tali senyuman, ketika tangisan demi tangisan menghiasi malam-malamku


10 tahun yang lalu kuhadapi malam dengan tangisan merana. Kelahiran seorang anak yang harusnya membawa kebahagiaan berubah jadi tangisan pilu.. saat kulihat bayi lucu tergolek membiru nyaris putus napas satu-satu. sisa 12 jam lagi... dan jika tidak malaikat ini akan pergi melayang.
Tuhan menciptakannya tidak sempurna. Satu ginjal dan tanpa pembuangan.
Saat itu dalam keadaan goyah.... aku masih punya harapan. Tuhan tak akan semudah itu mengambilnya.
Tuhan pasti masih memberiku kesempatan untuk merawatnya. Dan memang... dalam bantuan tangan-tangan baik... dia terselamatkan malam itu.

Hari berganti hari setelahnya. Tidak mudah merawat bayi aktif yang terus menangis karena tangisan kesakitan akibat luka di perutnya karena untuk pembuangan sementara, kulit-kulit halus yang melapisi perut mungilnya mulai luka dan bernanas dimana-mana. Dan aku sendirian!
Penerimaan ayahnya tidaklah seperti yang kuharapkan. Penyesalan yang harusnya di tebus dengan kasih sayang nyaris tak didapatkannya. Tapi demi apapun, aku akan melakukan apa saja untuk malaikat mungilku. Demi apa saja kutahan segala himpitan perasaan. Apapun...

Tahun mulai berjalan. Keadaan mulai membaik. Malaikat kecilku tumbuh dengan lincahnya. Colostomy bag tak lagi menghiasi perutnya. Pembuatan saluran pembuangan berhasil dilakukan. Tak ada lagi tangisan kesakitan setiap hari. Hanya sesekali dengan perasaan pilu aku harus melakukan pembusian ( memasukkan sejenis besi berbentuk peluru yang besarnya tergantung perkembangan tubuhnya) agar lubang buatan itu berkembang seiring dengan perkembangan tubuhnya.
Dan kembali aku sendirian. Dimana ayahnya? Hura-hura tak berketentuan. Tapi harapan tetap kurajut dalam hati. Semua akan membaik suatu saat. Yah... semua akan baik-baik saja.

Ternyata tidak!! Dalam usia perkawinan 3tahun... akhirnya perpisahan itu terjadi. Ketidakcocokan dalam rumah sudah tak bisa ditolerir. Ayah yang seharusnya menjadi tulang punggung sama sekali tak memenuhi fungsinya. Narkoba menghiasi hari-harinya membangun tembok yang begitu besar dalam rumah mungil kami. Dan dengan segala upaya. Malaikatku dibawa. Pengacara mahal dibayar untuk mendapatkan apa saja yang mereka inginkan. Huru hara dalam perpisahan ini sangat menyakitkan.

Aku? Apa yang bisa aku lakukan untuk mendapatkan malaikatku? Pengaraca mahal? Aku tak mampu membayarnya. Tangisan demi tangisan mengeringkan air mata. Rasa tak berdaya nyaris membelenggu jiwa tanpa tertahankan. Tapi aku punya harapan. YAH.... AKU HANYA PUNYA HARAPAN.
Dukungan ayah, Ibu dan sodara-sodaraku sangat menguatkanku. Dalam2 tahun setelah hari keributan itu... aku tak lagi bisa menggendong, menyentuh bahkan mendengar suara kecilnya memanggil namaku.
2 tahun benar-benar hilang kontak dengan malaikatku.

Beberapa kali aku di panggil oleh pengacara mereka dan di iming-imingi sejumlah uang agar melepas malaikat kecilku. Malaikat kecilku seoalh-olah sebuah barang mainan yang berani mereka beli mahal.
Hai.... dengarlah dunia. Aku tak akan pernah menukar malaikatku dengan gelimangan materi sedikitpun!
Beberapa kali sang pengacara mengatakan, jika tetap nekat berusaha merebut malaikatku dari tangan mereka, tak akan ada tunjangan apapun untuknya. Aku tak takut Pak Pengacara, Malaikatku akan kembali padaku tanpa aku harus berusaha merebutnya. Materi bisa dicari. Tapi sampai ke ujung dunia manapun... malaikat kecilku hanya satu. Ciptaan maha sempurna dimataku.

Hari-hari tanpa malaikatku .... kurajut dalam benang-benang harapan. Setelahnya aku mulai bekerja dalam hari-hari sepiku. Karena aku tetap memilih hidup jauh dari rumah ayahku. Hatiku hanya punya HARAPAN. Dan ternyata HARAPAN yang kubangun tidaklah sia-sia. Tuhan tak pernah meninggalkanku.

Hari itu harapanku terwujud. Tanpa pengacara mahal dan hebat yang mampu kubayar, malaikatku kembali kepangkuanku.Hakim Agung di Atas Sana mengetokkan paluNya dengan begitu adilnya.
"Mama, aku kangen mama. Jangan biarkan aku pergi lagi yah" Kalimat pertama yang kudengar dipertemuan pertama setelah 2 tahun berpisah benar-benar membuat air mataku mengalir deras. Air mata kebahagiaan karena HARAPAN tidaklah pernah sia-sia.

Satu harapan telah terwujud. Tapi jalan kehidupan terus berlanjut.
Roda-roda kehidupan itu berputar dengan anggunnya.... kadang di jalan mulus tanpa lubang..... kadang di jalan terjal dan berbatu.....
Aku mengarungi lautan kehidupan dengan malaikatku menyertaiku. Tangan kecilnya menggenggam erat jari jemariku dan memberikan banyak kekuatan dalam langkah-langkahku.

Dan aku takkan lelah merenda harapan. Seberapa pun mahalnya harga yang harus kutanggung. aku yakin jalan-jalan akan tetap terbuka lebar memberikan segala anugerah dalam kehidupanku walau dengan berbagai macam cara.
HARAPANKU BERIKUTNYA...... Aku ingin memberikan kebahagiaan dalam hidup malaikatku. Aku ingin melihatnya melalui hari-hari ceria masa kanak-kanaknya. Aku ingin memberikan pendidikan untuk bekalnya mengarungi episode kehidupan berikutnya. Dan aku ingin meninggalkan kenangan disuatu hari kelak dalam hatinya.
"Ini loh sayang.... mamamu... dengan tanganku, dengan keringat dan air mataku, aku akan memberikan segala bekal kehidupan dalam pangkuanmu. Dan aku tak akan pernah menukarmu dengan materi apapun. Karena kamulah hartaku yang paling berharga"

Dan berlayarlah harapanku ini.... menuju episode-episode kehidupanku selanjutnya.

Note : Tulisan ini pernah diikutkan di lomba "Sail Your Hope" yang di muat di note FBku

0 komentar:

Posting Komentar