Sabtu, 17 April 2010

JANGAN PUAS(A) MENULIS

Semakin sering orang menulis dan semakin sering pula orang memikirkan (membaca) tulisannya, semakin bagus jualah karyanya. DEAN KOONTZ

Kata-kata motivasi diatas saya baca dari salah satu catatan facebook Pak Hernowo, penulis Mengikat Makna Update, yang mengingatkan saya pada komitmen dalam menulis. Hal ini sangat berkaitan erat dengan apa yang pernah saya tulis di AndrieWongso. Com ; Namun sadarkah kita, apa pun definisi yang telah kita buat tentang kesuksesan, kesuksesan tersebut tetaplah dipengaruhi oleh diri kita sendiri. Ya diri kita sendiri. Bukan orang lain. Bukan pemimpin. Bukan rekan sejawat. Bukan perusahaan. Tapi diri kita sendirilah yang menentukan apakah kita akan sukses, akan bahagia, akan tenang dan lain sebagainya.

Dan, saya pun, sebagaimana sering dilakukan Pak Hernowo dalam bukunya Mengikat Makna Update, ingin menambahkan kata "dalam menulis" setelah kata kesuksesan. Sehingga kita akan mendapatkan kesimpulan bahwa apa pun definisi yang telah kita buat tentang kesuksesan dalam menulis, kesuksesan (dalam menulis) tersebut tetaplah dipengaruhi oleh diri kita sendiri. Ya diri kita sendiri. Bukan orang lain. Bukan pemimpin. Bukan rekan sejawat. Bukan perusahaan. Tapi diri kita sendirilah yang menentukan apakah kita akan sukses dalam menulis, akan bahagia, akan tenang dan lain sebagainya.

Sehingga tepatlah kiranya saya berkomentar mengenai tulisan Pak Hernowo tersebut dengan mengatakan bahwa Para ahli, hanya dapat memberikan perbaikan struktur kata, kalimat bahkan bahasa. Tapi tidak dapat masuk kepada rasa yang diinginkan oleh penulis itu sendiri.

Berkaitan dengan hal tersebut, yaitu komitmen dalam menulis, saya kira puas dan puasa, sebagaimana tulisan ini saya beri judul, adalah dua hal yang berpotensi besar untuk menghancurkan komitmen tersebut.

Puas dalam menulis; saya artikan sebagai kegiatan bahagia dalam menulis sehingga ia TIDAK MENULIS KEMBALI. Padahal, diakui atau tidak, sebagaimana Pak Bambang Trim menuliskan dalam catatan facebook nya bahwa karier kepenulisan kagak ada matinye! Artinya, tidak ada kata PUAS dalam menulis!

Puasa dalam menulis; saya artikan sebagai kegiatan berhenti menulis. Baik itu karena mengalami kebuntuan atau pun ide yang belum matang. Dalam hal ini kebuntuan, solusi yang ditawarkan Pak Andrias Harefa dalam catatan facebooknya yang berjudul Bekal Penulis , sangat dapat dipraktekkan. Sebagaimana Pak Hernowo, Pak Andrias, sebagaimana diakuinya terinspirasi dari bukunya Pak Bambang Trim, meletakkan membaca sebagai salah satu bekal utama seorang penulis. saya mengatasi berbagai kebuntuan ide dengan membaca, sehingga terpicu lagi untuk menulis, tulis beliau.

Ada pun dalam hal ide yang belum matang, beternak ide-nya Pak Nursalam Ar mungkin bisa menjadi solusi. Dalam catatan facebooknya yang berjudul 7 langkah menulis fiksi, beliau menerangkan hal ini di point nomor dua. Beliau menuliskan empat jurus beternak ide; kandangkan, beri makan, kembang biakkan dan jual!

Sebagai kesimpulan, Janganlahlah berhenti menulis, baik karena puas maupun puasa. Teruslah, sebagaimana tulisan Pak Edy Zaques dalam catatan facebooknya, pertahankan semangat menulis untuk meningkatkan branding. Karena membaca tanpa menulis, dalam hal ini Pak Jufran Helmi yang menulis di catatan beliau, seperti orang yang terus makan tetapi tidak pernah membuang air. Hasilnya adalah penyakit!

;Catatan 'Mengikat Makna' catatan facebook
Radinal Mukhtar Harahap

0 komentar:

Posting Komentar